Selasa, 19 Juni 2012

TEKNIK-TEKNIK MENSTIMULASI KONSELING KELOMPOK DAN KETERAMPILAN YANG DIGUNAKAN DALAM KONSELING KELOMPOK


TEKNIK-TEKNIK MENSTIMULASI KONSELING KELOMPOK DAN
KETERAMPILAN YANG DIGUNAKAN DALAM KONSELING KELOMPOK

PENDAHULUAN
Konseling kelompok mulai dikembangkan tahun 1980 yang menekankan pada konsep efisiensi. Individu yang terlibat dalam kelompok dapat menjadi sumber untuk saling memahami dan berbagi satu sama lain. Konselor tidak dipandang sebagai satu-satunya sumber. Konseling kelompok lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga.
Konseling kelompok merupakan proses antar pribadi yang dinamis dan berfokus pada pikiran dan perilaku yang melibatkan fungsi-fungsi terapi yang permisif, orientasi pada realitas, katarsis dan kepercayaan mutual, perhatian, penerimaan, dan dukungan.
Pelayanan konseling kelompok adalah salah satu kegiatan layanan yang paling banyak dipakai karena lebih efektif. Banyak orang yang mendapatkan layanan sekaligus dalam satu waktu. Layanan ini juga sesuai dengan teori belajar karena mengandung aspek sosial yaitu belajar bersama. Peserta layanan akan berbagi ide dan saling mempengaruhi untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya.
Layanan Konseling kelompok ada 2 macam yaitu konseling dan bimbingan kelompok. Yang sangat menentukan keefektifan layanan kelompok adalah suasana kelompok yang:
1.      Interaksi yang dinamis
2.      Keterikatan emosional
3.      Penerimaan
4.      Altruistik, mengutamakan kepedulian terhadap orang lain
5.      Intelektual (rasional, cerdas dan kreatif). Menambah ilmu dan wawasan individu serta dapat menumbuhkan ide-ide cemerlang.
6.      Katarsis (mengemukakan uneg-unegnya, idenya dan gagasannya). Menyatakan emosinya yang lebih mengarah pada pengungkapan pmasalah yang dipendam.
7.  Empati (suasana yang saling memahami tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan sehingga dapat menyesuaikan sikapnya dengan tepat).  Hal ini diciptakan melalui pentahapan dan kemampuan pemimpin kelompok.
Masalah dalam konseling kelompok biasanya membahas masalah-masalah umum bagi peserta layanan. Jika suasana kelompok belum tercipta maka sulit bagi peserta layanan untuk mengungkapkan masalah pribadinya sehingga konseling kelompok agak sulit pelaksanaannya
           
A.     TEKNIK-TEKNIK MENSTIMULASI KONSELING KELOMPOK
Di dalam konseling mengandung suatu proses komunikasi  antar pribadi yang berlangsung melalui saluran komunikasi verbal dan non-verbal.  Dengan menciptakan kondisi-kondisi seperti empati ( dapat merasakan perasaan konseli), penerimaan serta penghargaan, keikhlasan serta kejujuran dan perhatian tulus konselor, yang  memungkinkan konseli untuk merefleksikan dirinya melalui tanggapan – tanggapan verbal dan reaksi-reaksi non-verbal.
Konselor mengkomunikasikan kondisi-kondisi ini kepada konseli sehingga konseli menyadari dan bersedia pula untuk berkomunikasi dengan konselor. Kondisi-kondisi tersebut dapat dikomunikasikan melalui teknik-teknik  ungkapan verbal tertentu seperti klarifikasi, refleksi perasaan, meringkas dan menggunakan pertanyaan (probe) ( ability potential konfrontasi, interpertasi sell disclosure & immediacy, instruction verbal setting & information giving).
Teknik dalam menstimulasi konseling kelompok dapat dipilih tergantung perkembangan yang terjadi dalam kelompok. Bertujuan menstimulasi interaksi dalam kelompok agar semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan dirinya, mendorong anggota agar berani atau lebih spontan menyatakan pendapatnya. Kelompok seperti juga individu memiliki kebutuhan yang berbeda. Jadi penting bagi konselor untuk mengenal karakter anggota kelompok.


            Sebelum memulai, ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam konseling kelompok, yaitu :
1.      Besar kelompok antara 6-8 orang
2.      Lama waktu konseling ± 2 jam
3.      Tujuan, azas, dan norma konseling kelompok harus diberitahukan di awal
4.      Sedapatnya  anggota kelompok terdiri dari anggota yang homogeny untk masalah tertentu.
5.      Masalah yang dibahas sebaiknya tidak terlalu banyak variasi , focus pada satu masalah untuk menjaga konsentrasi
6.      Konselor harus dapat memperhatikan semua anggota, dan menjaga agar tidak ada anggota yang pasif.
7.      Tempat kegiatan konseling sebaiknya nyaman dan menjamin privasi.

Beberapa teknik dalam menstimulasi konseling kelompok adalah sebagai berikut :
1.      Teknik Re-inforcement (penguatan)
Salah satu cara dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota kelompok adalah dengan memberikan pernyataan verbal ataupun non verbal yang bersifat menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada kelompok baru.
Contoh :
Verbal :“ bagus!”. “Hebat!”.
Non verbal : acungan tangan, anggukan kepala

2.      Teknik Summary ( Meringkas)
Summary adalah kumpulan dari dua tema atau lebih dan refleksi yang merupakan ringkasan dari pembicaraan konseli .Teknik ini digunakan selama proses konseling berlangsung. Setelah anggota kelompok mendiskusikan topik, konselor kemudian meringkas apa yang telah dibicarakan. Cara ini membantu untuk mempersiapkan kelompok melanjutkan pembicaraan ke topik berikutnya. Rangkuman atau ringkasan merupakan pendahuluan untuk konseling berikutnya.

      Tujuan :
·   Untuk menggabungkan beberapa elemen yang berkaitan, yang dapat dijumpai dalam pernyataan konseli
·   Untuk mengidentifikasi tema umum (pola umum) menjadi lebih jelas terlihat setelah beberapa kali pembicaraan.
·   Untuk memotong pembicaraan dari konseli, yang menyimpang dari topik
Pembicaraan anggota yang perlu di potong bila ;
ØKomentar anggota bertentangan dengan tujuan kelompok
ØAnggota mengatakan sesuatu yang tidak akurat
ØAnggota berargumen tentang sesuatu yang berkaitan dengan pelecehan nilai/ moral

Langkah-langkah:
·   Mengingat kembali apa yang telah di kemukakan oleh  konseli
·   Mengidentifikasi bagian afektif dan kognitif dari pesan atau mengidentifikasi tema umum yang dapat di jumpai
·   Merangkum pesan atau tema secara verbal.

3.      Teknik Pick-Up
Konselor mengutip atau mengambil apa yang telah disampaikan anggota dan menggunakannya sebagai pernyataan pendahuluan untuk pernyataan baru.

Contoh :
Konseli   :“saya pergi menonton pameran pendidikan dari berbagai universitas di Indonesia. Saya merasa itu adalah suatu pertunjukan pameran pendidikan yang hebat sekali”.
Konselor : “ Berapa banyak diantara kalian yang juga sudah menonotn pameran pendidikan? Tunjukkan tangan!”.
ATAU
                        “ Apakah dari pameran tersebut menampilan berbagai jurusan di berbagai jurusan tersebut? Keunggulan apa yang ditampilkan dari masing-masing jurusan tersebut?keterampilan apa yang bisa didapatkan dari keunggulan tersebut?

Cara ini bisa dikembangkan untuk berbagai topik lain, misalnya mengenai cita-cita dan pengembangan karier, pendidikan lanjutan dan minat, serta hal yang lainnya. Konseli biasanya akan memahami topik diskusi lebih baik karena ia berada dalam topic pembicaraan itu.

4.      Ability potential
Dalam suatu ability potential response, konselor menampilkan dan menunjukkan potensi konseli pada saat itu untuk dapat memasuki suatu aktivitas tertentu. Suatu ability potential response merupakan suatu respon yang penuh support dari konselor, dimana konselor dapat secara verbal mengakui potensi atau kapabilitas konseli untuk melakukan sesuatu
Tujuan :
·   Untuk mendorong konseli yang ingin melakukan sesuatu namun kurang mempunyai inisiatif, dorongan atau kepercayaan diri untuk memulainya.
·   Dapat mengembangkan kesadaran konseli akan kekuatan-kekuatan yang dimiliki atau kualitas positif yang dimiliki.
5.      Teknik Probing
Teknik Probing seringkali digunakan dimana saja. Kepada konseli diajukan pertanyaan-pertanyaan pengarahan sehingga diperoleh jawaban yang diinginkan. Teknik ini dapat juga digunakan sebagai teknik pendahuluan untuk menstimulasi minat anggota terhadap materi yang ingin disajikan oleh konselor.
Dalam mengajukan pertanyaan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika konselor ingin mengarahkan konseli memperoleh jawaban khusus yang tepat. Konselor membuat suatu keadaan dan membawa opini konseli kedalam suatu keadaan yang mengarah kepada jawaban atas pertanyaan, sampai diperoleh jawaban selektif
Suatu probe merupakan pertanyaan  yang dimulai dengan “Apa, bagaimana, siapa, bilamana atau dimana”. Pertanyaan hendaknya bersifat terbuka. Melalui probe, dapat diperoleh lebih banyak informasi.
Tujuan :
·   Untuk memulai suatu interview, misal  “apa yang akan dibicarakan hari ini?”.
·   Untuk mendorong konseli agar dapat mengekspresikan lebih banyak keterangan, misal “ apa lagi yang dapat anda beritahukan kepada saya mengenai hal ini?”.
·   Menanyakan apa yang dirasakan oleh konseli, misal “ bagaimana perasaan anda ketika membicarakan hal ini?”.
·   Untuk dapat memperoleh gambaran mengenai tingkah laku tertentu sehingga konselor dapat memahami lebih baik kondisi-kondisi yang turut berperan dalam masalah yang dialami oleh konseli, misal “ dimana anda berada pada saat itu?, siapa saja yang terlibat dalam hal ini? apa yang anda lakukan dalam situasi itu ?”.
6.      Refleksi perasaan
Teknik  ini digunakan untuk memantulkan kembali perasaan-perasaan yang diungkapkan oleh konseli melalui pernyataan konselor “saya mengerti maksud pernyataan anda”. Perasaan-perasaan dapat diungkapkan dengan jelas oleh konseli seperti “ saya bingung, kesal, marah, sedih dan sebagainya. Biasa juga tidak diungkapkan secara verbal, dapat dilihat dari tingkah lakunya atau nada suaranya. Maksud penggunaan teknik ini agar konseli dapat lebih mengungkapkan perasaan-perasaannya.

7.      Teknik Diskusi
Diskusi kelompok merupakan bentuk konseling dimana konselor melaksanakan konseling dengan cara diskusi kelompok. Teknik ini biasa digunakan dalam satu atau dua sesi konseling kelompok untuk menanyakan informasi yang penting. Penekanannya bukan pada diskusi, tetapi pada penjelasan hal-hal yang belum dipahami oleh kelompok.
Cara :
a.      Bagi kelompok besar menjadi kelompok kecil
Hal ini dilakukan agar anggota kelompok menjadi lebih produktif dalam tujuan mencapai suatu pemecahan masalah. Sebab pada kelompok besar, anggota yang paling aktif akan terpisah dengan anggota kelompok lain. Hal ini menjadi hambatan partisipasi bagi yang lain, akibatnya ada beberapa anggota kelompok yang kehilangan minta untuk berkontribusi dalam diskusi. Dengan kelompok kecil, maka konselor lebih bisa mengontrol arah diskusi dan mendorong semua anggota kelompok terlibat.
b.   Bentuk kelompok homogen
Pisahkan anggota kelompok sehingga pada kelompok kecil tersebut terbentuk kelompok yang homogen,  misal dari jenis permasalahan, usia, jenis kelamin, bahkan tingkat kemampuan anggota kelompok. Dengan berada pada situasi dan suhu lingkungan yang sama, maka para anggota kelompok lebih terdorong untuk berani mengungkapkan permasalahannya, dan lebih mampu merasakan masalah terhadap teman satu kelompoknya, sehingga bisa berperan aktif dalam diskusi pemecahan masalah.
c.       Fokuskan masalah
Konselor berperan dengan menentukan pokok permasalahan yang akan dibahas, tentunya diawali dengan musyawarah dan persetujuan anggota kelompok. Pembahasan pada satu topic memudahkan konselor mengarahkan seluruh anggota kelompok untuk terlibat langsung dalam  dinamika interaksi sosial kelompok. Topik yang dipilih untuk dibahas, seyogyanya topik yang hangat, merangsang dan menantang bagi anggota kelompok, disesuaikan dengan tingkat kemampuan seluruh anggota kelompok, sehingga mereka merasa terpanggil untuk ikut membicarakannya.

8.      Teknik Interpretasi
Digunakan oleh  konselor yang ingin “membawa” atau ‘ menyampaikan” ide kepada kelompok. Mungkin sekali interpretasi itu tidak tepat, namun dapat diarahkan untuk menstimulasi diskusi lebih lanjut dan mendorong/menguatkan kemampuan individual untuk boleh tidak sepakat dengan konselor.
Interpretasi merupakan suatu teknik menyampaikan arti dari pesan yang disampaikan oleh konseli. Dalam membuat interpretasi, konselor akan membuka suatu pandangan baru atau penjelasan mengenai sikap dan tingkah laku interpretasi seperti mengajukan pertanyaan mengenai hipotesa mengenai hubungan atau mengenai arti suatu tingkah laku yang harus dipikirkan oleh konseli.
Tujuan :
·   Untuk mengidentifikasi hubungan antara pernyataan dan tingkah laku konseli yang eksplisit maupun implisit.
·   Membantu konseli memeriksa kembali tingkah laku mereka.


Dalam interpretasi,  konselor harus menaruh perhatian kepada anggota yang lain terutama anggota yang pasif atau yang datang dengan latar belakang keluarga yang tidak mengizinkan seorang anak tidak setuju dengan pendapat orang tua. Ini akan menempatkan konseli pada posisi yang sulit. Interpretasi sebaiknya tepat, bilamana keliru konselor harus tahu letak kekeliruannya kemudian meralatnya.

9.      Teknik Konfrontasi
Konfrontasi merupakan respon verbal dimana konselor mendeskripsikan beberapa penyimpangan atau ketidakcocokan yang terlihat dalam pernyataan atau tingkah laku konseli. Dalam teknik konfrontasi, anggota kelompok dihadapkan langsung ( dikonfrontir) pada hal-hal yang terlihat adanya pertentangan, misal seorang konseli berbicara keras, kemudian konselor menanyakan “Apakah kamu sedang marah?”.
Tujuan ;
Untuk membuka kedok konseli agar bertanggungjawab terhadap diskrepansi, distorsi, permainan, dan tabir yang digunakan untuk menyembunyikan diri dari perubahan tingkah laku yang konstruktif.

10.  Klarifikasi
Teknik  ini digunakan apabila konselor ingin meminta penjelasan lebih lanjut yang di anggap belum mengerti dan tidak sistematis, atau untuk menyamakan persepsi apakah yang sudah di tangkap oleh konselor betul atau tidak.

11.  Bermain Peran ( Role Playing)
Merupakan suatu teknik konseling melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anggota kelompok/klien. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan dalam kelompok, bergantung kepada apa yang diperankan.
Kelebihan metode Role Playing adalah :
·   Melibatkan seluruh anggota kelompok dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
·   Anggota bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
·   Permainan ini merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
·   Konselor dapat mengevaluasi pemahaman tiap anggota melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.

Teknik – teknik menstimulasi konseling kelompok yang sudah dijelaskan di atas  mendorong anggota kelompok untuk membentuk kelompok kohesi, yaitu suatu keadaan dimana terciptanya kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompoknya dan mencegah anggota lain meninggalkan kelompoknya. Kohesi kelompok dapat diukur dari keteratarikan anggota satu sama lain, ketertarikan pada kegiatan dan fungsi kelompok, sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya. Kelompok kohesi mempunyai suasana yang mempertinggi umpan balik dan mendorong komunikasi efektif, anggota biasanya bersedia berdiskusi secara bebas, sehingga saling pengertian, saling membantu dalam mencapai perubahan sikap. Konselor dapat meningkatka kohesi kelompok dengan cara menumbuhkan semangat anggota kelompok, mendorong terciptanya hubungan interpersonal yang akrab, menumbuhkan rasa kesetiakawanan dan perasaan yang mendalam satu sama lain.

B.     KETERAMPILAN YANG DIGUNAKAN UNTUK KONSELING KELOMPOK
Keterampilan-keterampilan yang digunakan dalam konseling kelompok adalah sebagai berikut :
1.      Keterampilan pada pemecahan masalah (problem solving)
Konsentrasi pada interaksi ini adalah pada masalah yang dihadapi konseli ( anggota). Peserta diminta menyampaikan permasalahannya untuk memperoleh beberapa pandangan, pemikiran dan alternative yang dapat membantu menyelesaikan masalahnya.
Cara :
a.      Cara langsung
Memanggil 2 atau 3 orang anggota untuk mengajak bicara dan memperhatikan pada satu anggota.  Terkadang jika hanya berfokus pada satu orang akan membuat orang tersebut cemas atau takut.
Contoh : “ Tina, mery, bagaimana pendapat kalian tentang persoalan ini?”.
b.      Cara tak langsung,
Membuat anggota saling berpasangan (dua orang) untuk berdiskusi tentang apa yang akan dibahas. Setelah masing –masing pasangan (dua orang) saling bercerita, kembali lagi membentuk kelompok. Konselor membahas dengan memberikan pertanyaan:
·         Siapa yang ingin berkomunikasi tentang apa yang telah didiskusikan dengan teman?
·         Apa yang kamu ceritakan berkaitan dengan……….? ( sesuai topik)
·         Apa yang kamu dapatkan dari diskusi tentang…….(sesuai topik) bersama teman tadi?

c.       Latihan tertulis
Beri latihan tertulis, misalnya :
·         Tuliskan 3 pertanyaan yang kamu miliki tentang…..
·         Apa yang kamu percayai tentang….
·         Setelah itu minta anggota kelompok yang paling pendiam untuk membacakan hasil latihan  tersebut.
Adapun unsur-unsur keterampilan  problem solving yang bisa dilakukan seorang konselor adalah sebagai berikut:
a.       Melatih anggota kelompok  untuk mendesain suatu penemuan.
b.      Berpikir dan bertindak kreatif.
c.       Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d.      Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e.       Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
Merangsang perkembangan kemajuan berfikir klien untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat

2.      Keterampian interaksi sosial
Selain memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, tujuan konseling kelompok adalah melatih pengembangan komunikasi dan interaksi sosial,dimana setiap anggota kelompok berpartisipasi dalam dinamika interaksi sosial, menyumbang pengetasan masalah dan meyerap bahan untuk pemecahan masalah.
Suasana interaksi pun harus diperhatikan oleh konselor, bagaimana menciptakan interaksi sosial yang efektif dan terkendali.
Dalam keadaan tertentu, seorang konselor bisa menghadirkan seseorang atau lebih klien tertentu dalam konseling kelompok. Klien khusus ini dihadirkan dengan tujuan untuk melibatkannya dalam interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok, dan dengan keterlibatan yang intensif itu ia atau mereka dapat memetikberbagai hal yang berkenaan dengan masalah-masalah yang ia atau mereka alami.


Tujuan khusus untuk klien khusus ini tidak perlu diungkapkan dalam komunitas kelompok. Hal ini dimaksudkan agar dalam dinamika interaksi sosial klien khusus tersebut tidak diperlakukan secara khusus. Mereka justru diberi kesempatan untuk menjalani keterlibatan sosial dalam kenyataan yang sebenarnya, tidak berpura-pura dan tidak diatur secara tersendiri.

3.      Keterampilan komunikasi, information giving
Dalam konseling, 90% komunikasi dilakukan oleh konselor dan konseli. Komunikasi interpersonal dalam kelompok dalam komunikasi antar orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap peserta menagkap reaksi lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Dalam hal ini seorang konselor dituntut untuk memiliki keterampilan dalam merangsang terjadinya komunikasi interpersonal dengan klien di kelompoknya sehingga terjadi proses konseling yang hidup, hangat, terarah, dinamis dan menyeluruh pada semua anggota kelompok ( komunikasi multiarah) sehingga kelompok menjadi efektif dan terkendali dan komunikasi verbal mengemukakan pengalaman-pengalaman, peristiwa-peristiwa yang terjadi, alternative yang dapat diambil atau juga mengenai orang-orang yang di jumpai.
Melalui komunikasi interpersonal, seorang konselor bisa mempengaruhi kliennya, jika hasil yang diharapkan menyangkut persetujuan dan kerjasama oranglain, maka komunikasi interpersonal berfungsi untuk mempengaruhi gagasan dan perilaku







4.      Ketrampilan Observasi
Hal – hal yang ada dalam ketrampilan observasi yaitu : “ Apa yang diobservasi/diamati ? “
·         Tingkah laku non verbal klien
Cara menatap, bahasa tubuh, kualitas suara, merupakan indikator  penting  yang mengungkapkan apa yang sedang terjadi pada klien.
·         Tingkah laku verbal klien
Kapan klien beralih topik, apa saja kata-kata kunci, penjelasan-penjelasan yang disampaikan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
·         Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal

Seorang konselor yang tajam pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa konflik/ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal dan non verbal, antara dua buah pernyataan, antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan.

Dalam mengobservasi sesuatu ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan :
1.      Pengamatan Obyektif
Adalah berbagai tingkah laku yang kita lihat dan dengar.
Misalkan : jalan mondar-mandir, tangan dikepal, dsbnya.
2.      Interpretasi/penafsiran
Adalah kesan yang kita berikan terhadap apa yang kita lihat (amati) dan kita dengar.

5.      Ketrampilan Mendengar Aktif
Terdapat empat bentuk mendengarkan yang bisa digunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu :
a.       Mendengar Pasif (Diam)
Dilakukan antara lain bila klien sedang menceritakan masalahnya :
berbicara tanpa henti, menggebu-gebu dengan ekspresi perasaan kesal atau         sedih. Selain itu bila berhenti sejenak, konselor dapat mendengar pasif untuk memberi kesempatan menenangkan diri.
b.      Memberi tanda perhatian verbal dan non verbal
Seperti : Hmm, yaa, lalu, oh begitu, terus….. atau sesekali mengangguk.
Dilakukan antara lain sewaktu klien berbicara panjang tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya.
c.       Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi
Dilakukan bila konselor ingin mendalami apa yang diucapkan/diceritakan klien.
Misalnya :  “ Bagaimana hubungan ibu dengan saudara-saudara suami ?”
“ Apakah maksud ibu dengan perbuatan tidak layak itu?’
d.      Mendengar Aktif
Yaitu dengan memberikan umpan balik/merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien.
·         Refleksi Isi atau Parahasing
Adalah menyatakan kembali ucapan klien dengan menggunakan kata-kata lain, memberi masukan kepada klien tentang inti ucapan yang baru dikatakan klien dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan klien.
·         Refleksi Perasaan
Adalah mengungkapkan perasaan klien yang teramati oleh konselor dari intonasi suara, raut wajah dan bahasa tubuh klien maupun dari hal-hal yang tersirat dari kata-kata verbal klien.

6.      Ketrampilan Bertanya
Semua jenis pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan tertutup dan terbuka.
a.       Pertanyaan Tertutup
·         Menghasilkan jawaban “ ya “ atau “ tidak “ yang berguna untuk mengumpulkan informasi yang factual.
·         Tidak menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses pengambilan keputusan
·         Bidan mengontrol jalannya percakapan, klien hanya memberikan informasi yang bersangkutan dengan pertanyaan saja.
b.      Pertanyaan Terbuka
·         Jenis pertanyaan biasanya memakai kata tanya “ bagaimana “ atau “ apa “
·         Memberi kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam menjawab yang memungkinkan partisipasi aktif dalam percakapan.
·         Merupakan cara yang efektif untuk menggali informasi dengan menggunakan intonasi suara yang menunjukkan minat dan perhatian.

PENUTUP
             Dalam konseling kelompok, setiap konseli terlibat menjadi sumber untuk saling memahami satu sama lain. Untuk itu konseling kelompok memiliki tujuan bersama dengan memperhatikan tahapan-tahapan konseling dan teknik-teknik menstimulasi kelompok.
            Seorang konselor dalam memberikan layanan konseling kelompok, harus menggunakan berbagai metode, teknik serta memiliki keterampilan-keterampilan agar tujuan pemecahan masalah terhadap anggota terwujud secara optimal.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar