TEKNIK-TEKNIK
MENSTIMULASI KONSELING KELOMPOK DAN
KETERAMPILAN YANG
DIGUNAKAN DALAM KONSELING KELOMPOK
PENDAHULUAN
Konseling kelompok mulai dikembangkan tahun 1980 yang menekankan pada
konsep efisiensi. Individu yang terlibat dalam kelompok dapat menjadi sumber
untuk saling memahami dan berbagi satu sama lain. Konselor tidak dipandang
sebagai satu-satunya sumber. Konseling kelompok lebih efisien dalam hal waktu
dan tenaga.
Konseling kelompok merupakan proses antar pribadi yang dinamis dan berfokus
pada pikiran dan perilaku yang melibatkan fungsi-fungsi terapi yang permisif,
orientasi pada realitas, katarsis dan kepercayaan mutual, perhatian,
penerimaan, dan dukungan.
Pelayanan konseling kelompok adalah salah satu kegiatan layanan yang paling
banyak dipakai karena lebih efektif. Banyak orang yang mendapatkan layanan
sekaligus dalam satu waktu. Layanan ini juga sesuai dengan teori belajar karena
mengandung aspek sosial yaitu belajar bersama. Peserta layanan akan berbagi ide
dan saling mempengaruhi untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya.
Layanan Konseling kelompok ada 2 macam yaitu konseling dan bimbingan
kelompok. Yang sangat menentukan keefektifan layanan kelompok adalah suasana
kelompok yang:
1.
Interaksi yang dinamis
2.
Keterikatan emosional
3.
Penerimaan
4.
Altruistik, mengutamakan kepedulian
terhadap orang lain
5.
Intelektual (rasional, cerdas dan
kreatif). Menambah ilmu dan wawasan individu serta dapat menumbuhkan ide-ide
cemerlang.
6.
Katarsis
(mengemukakan uneg-unegnya, idenya dan gagasannya). Menyatakan emosinya yang
lebih mengarah pada pengungkapan pmasalah yang dipendam.
7. Empati (suasana yang saling memahami tentang
apa yang dipikirkan dan dirasakan sehingga dapat menyesuaikan sikapnya dengan
tepat). Hal ini
diciptakan melalui pentahapan dan kemampuan pemimpin kelompok.
Masalah dalam konseling kelompok biasanya membahas masalah-masalah umum
bagi peserta layanan. Jika suasana kelompok belum tercipta maka sulit bagi
peserta layanan untuk mengungkapkan masalah pribadinya sehingga konseling
kelompok agak sulit pelaksanaannya
A. TEKNIK-TEKNIK
MENSTIMULASI KONSELING KELOMPOK
Di dalam
konseling mengandung suatu proses komunikasi
antar pribadi yang berlangsung melalui saluran komunikasi verbal dan
non-verbal. Dengan menciptakan
kondisi-kondisi seperti empati ( dapat merasakan perasaan konseli), penerimaan
serta penghargaan, keikhlasan serta kejujuran dan perhatian tulus konselor,
yang memungkinkan konseli untuk
merefleksikan dirinya melalui tanggapan – tanggapan verbal dan reaksi-reaksi
non-verbal.
Konselor
mengkomunikasikan kondisi-kondisi ini kepada konseli sehingga konseli menyadari
dan bersedia pula untuk berkomunikasi dengan konselor. Kondisi-kondisi tersebut
dapat dikomunikasikan melalui teknik-teknik
ungkapan verbal tertentu seperti klarifikasi, refleksi perasaan,
meringkas dan menggunakan pertanyaan (probe) ( ability potential konfrontasi, interpertasi sell disclosure &
immediacy, instruction verbal setting & information giving).
Teknik
dalam menstimulasi konseling kelompok dapat dipilih tergantung perkembangan
yang terjadi dalam kelompok. Bertujuan menstimulasi interaksi dalam kelompok
agar semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan dirinya, mendorong anggota
agar berani atau lebih spontan menyatakan pendapatnya. Kelompok seperti juga
individu memiliki kebutuhan yang berbeda. Jadi penting bagi konselor untuk mengenal
karakter anggota kelompok.
Sebelum memulai, ada hal-hal yang
harus diperhatikan dalam konseling kelompok, yaitu :
1. Besar kelompok antara 6-8 orang
2.
Lama
waktu konseling ± 2 jam
3.
Tujuan,
azas, dan norma konseling kelompok harus diberitahukan di awal
4.
Sedapatnya anggota kelompok terdiri dari anggota yang
homogeny untk masalah tertentu.
5.
Masalah
yang dibahas sebaiknya tidak terlalu banyak variasi , focus pada satu masalah
untuk menjaga konsentrasi
6.
Konselor
harus dapat memperhatikan semua anggota, dan menjaga agar tidak ada anggota
yang pasif.
7. Tempat kegiatan konseling
sebaiknya nyaman dan menjamin privasi.
Beberapa
teknik dalam menstimulasi konseling kelompok adalah sebagai berikut :
1. Teknik
Re-inforcement (penguatan)
Salah
satu cara dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota kelompok
adalah dengan memberikan pernyataan verbal ataupun non verbal yang bersifat
menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada kelompok
baru.
Contoh
:
Verbal :“ bagus!”. “Hebat!”.
Non verbal : acungan tangan,
anggukan kepala
2. Teknik
Summary ( Meringkas)
Summary adalah kumpulan dari dua tema atau lebih dan
refleksi yang merupakan ringkasan dari pembicaraan konseli .Teknik ini
digunakan selama proses konseling berlangsung. Setelah anggota kelompok
mendiskusikan topik, konselor kemudian meringkas apa yang telah dibicarakan.
Cara ini membantu untuk mempersiapkan kelompok melanjutkan pembicaraan ke topik
berikutnya. Rangkuman atau ringkasan merupakan pendahuluan untuk konseling
berikutnya.
Tujuan :
·
Untuk
menggabungkan beberapa elemen yang berkaitan, yang dapat dijumpai dalam
pernyataan konseli
·
Untuk
mengidentifikasi tema umum (pola umum) menjadi lebih jelas terlihat setelah
beberapa kali pembicaraan.
·
Untuk
memotong pembicaraan dari konseli, yang menyimpang dari topik
Pembicaraan anggota yang perlu di
potong bila ;
ØKomentar
anggota bertentangan dengan tujuan kelompok
ØAnggota
mengatakan sesuatu yang tidak akurat
ØAnggota
berargumen tentang sesuatu yang berkaitan dengan pelecehan nilai/ moral
Langkah-langkah:
·
Mengingat
kembali apa yang telah di kemukakan oleh
konseli
·
Mengidentifikasi
bagian afektif dan kognitif dari pesan atau mengidentifikasi tema umum yang
dapat di jumpai
·
Merangkum
pesan atau tema secara verbal.
3. Teknik
Pick-Up
Konselor
mengutip atau mengambil apa yang telah disampaikan anggota dan menggunakannya
sebagai pernyataan pendahuluan untuk pernyataan baru.
Contoh
:
Konseli :“saya pergi menonton pameran pendidikan dari
berbagai universitas di Indonesia. Saya merasa itu adalah suatu pertunjukan
pameran pendidikan yang hebat sekali”.
Konselor : “ Berapa banyak diantara kalian yang juga
sudah menonotn pameran pendidikan? Tunjukkan tangan!”.
ATAU
“ Apakah dari pameran tersebut menampilan berbagai jurusan di
berbagai jurusan tersebut? Keunggulan apa yang ditampilkan dari masing-masing
jurusan tersebut?keterampilan apa yang bisa didapatkan dari keunggulan
tersebut?
Cara ini bisa dikembangkan untuk berbagai topik
lain, misalnya mengenai cita-cita dan pengembangan karier, pendidikan lanjutan
dan minat, serta hal yang lainnya. Konseli biasanya akan memahami topik diskusi
lebih baik karena ia berada dalam topic pembicaraan itu.
4. Ability
potential
Dalam suatu ability potential response, konselor
menampilkan dan menunjukkan potensi konseli pada saat itu untuk dapat memasuki
suatu aktivitas tertentu. Suatu ability potential response merupakan suatu
respon yang penuh support dari konselor, dimana konselor dapat secara verbal
mengakui potensi atau kapabilitas konseli untuk melakukan sesuatu
Tujuan :
·
Untuk
mendorong konseli yang ingin melakukan sesuatu namun kurang mempunyai
inisiatif, dorongan atau kepercayaan diri untuk memulainya.
·
Dapat
mengembangkan kesadaran konseli akan kekuatan-kekuatan yang dimiliki atau
kualitas positif yang dimiliki.
5. Teknik
Probing
Teknik Probing seringkali digunakan dimana saja.
Kepada konseli diajukan pertanyaan-pertanyaan pengarahan sehingga diperoleh
jawaban yang diinginkan. Teknik ini dapat juga digunakan sebagai teknik
pendahuluan untuk menstimulasi minat anggota terhadap materi yang ingin
disajikan oleh konselor.
Dalam mengajukan pertanyaan, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan ketika konselor ingin mengarahkan konseli memperoleh jawaban
khusus yang tepat. Konselor membuat suatu keadaan dan membawa opini konseli
kedalam suatu keadaan yang mengarah kepada jawaban atas pertanyaan, sampai
diperoleh jawaban selektif
Suatu probe merupakan pertanyaan yang dimulai dengan “Apa, bagaimana, siapa, bilamana atau dimana”. Pertanyaan hendaknya
bersifat terbuka. Melalui probe, dapat diperoleh lebih banyak informasi.
Tujuan :
·
Untuk
memulai suatu interview, misal “apa yang akan dibicarakan hari ini?”.
·
Untuk
mendorong konseli agar dapat mengekspresikan lebih banyak keterangan, misal “ apa lagi yang dapat anda beritahukan
kepada saya mengenai hal ini?”.
·
Menanyakan
apa yang dirasakan oleh konseli, misal “ bagaimana
perasaan anda ketika membicarakan hal ini?”.
·
Untuk
dapat memperoleh gambaran mengenai tingkah laku tertentu sehingga konselor
dapat memahami lebih baik kondisi-kondisi yang turut berperan dalam masalah
yang dialami oleh konseli, misal “ dimana
anda berada pada saat itu?, siapa saja yang terlibat dalam hal ini? apa yang
anda lakukan dalam situasi itu ?”.
6. Refleksi
perasaan
Teknik ini
digunakan untuk memantulkan kembali perasaan-perasaan yang diungkapkan oleh
konseli melalui pernyataan konselor “saya
mengerti maksud pernyataan anda”. Perasaan-perasaan dapat diungkapkan
dengan jelas oleh konseli seperti “ saya
bingung, kesal, marah, sedih dan sebagainya. Biasa juga tidak diungkapkan
secara verbal, dapat dilihat dari tingkah lakunya atau nada suaranya. Maksud
penggunaan teknik ini agar konseli dapat lebih mengungkapkan
perasaan-perasaannya.
7. Teknik
Diskusi
Diskusi kelompok merupakan bentuk konseling dimana
konselor melaksanakan konseling dengan cara diskusi kelompok. Teknik ini biasa
digunakan dalam satu atau dua sesi konseling kelompok untuk menanyakan
informasi yang penting. Penekanannya bukan pada diskusi, tetapi pada penjelasan
hal-hal yang belum dipahami oleh kelompok.
Cara
:
a.
Bagi kelompok besar menjadi
kelompok kecil
Hal ini dilakukan
agar anggota kelompok menjadi lebih produktif dalam tujuan mencapai suatu
pemecahan masalah. Sebab pada kelompok besar, anggota yang paling aktif akan
terpisah dengan anggota kelompok lain. Hal ini menjadi hambatan partisipasi
bagi yang lain, akibatnya ada beberapa anggota kelompok yang kehilangan minta
untuk berkontribusi dalam diskusi. Dengan kelompok kecil, maka konselor lebih
bisa mengontrol arah diskusi dan mendorong semua anggota kelompok terlibat.
b.
Bentuk kelompok homogen
Pisahkan anggota
kelompok sehingga pada kelompok kecil tersebut terbentuk kelompok yang
homogen, misal dari jenis permasalahan,
usia, jenis kelamin, bahkan tingkat kemampuan anggota kelompok. Dengan berada
pada situasi dan suhu lingkungan yang sama, maka para anggota kelompok lebih
terdorong untuk berani mengungkapkan permasalahannya, dan lebih mampu merasakan
masalah terhadap teman satu kelompoknya, sehingga bisa berperan aktif dalam
diskusi pemecahan masalah.
c.
Fokuskan masalah
Konselor berperan
dengan menentukan pokok permasalahan yang akan dibahas, tentunya diawali dengan
musyawarah dan persetujuan anggota kelompok. Pembahasan pada satu topic
memudahkan konselor mengarahkan seluruh anggota kelompok untuk terlibat
langsung dalam dinamika interaksi sosial
kelompok. Topik yang dipilih untuk dibahas, seyogyanya topik yang hangat,
merangsang dan menantang bagi anggota kelompok, disesuaikan dengan tingkat
kemampuan seluruh anggota kelompok, sehingga mereka merasa terpanggil untuk
ikut membicarakannya.
8. Teknik
Interpretasi
Digunakan oleh
konselor yang ingin “membawa” atau ‘ menyampaikan” ide kepada kelompok.
Mungkin sekali interpretasi itu tidak tepat, namun dapat diarahkan untuk
menstimulasi diskusi lebih lanjut dan mendorong/menguatkan kemampuan individual
untuk boleh tidak sepakat dengan konselor.
Interpretasi merupakan suatu teknik menyampaikan
arti dari pesan yang disampaikan oleh konseli. Dalam membuat interpretasi,
konselor akan membuka suatu pandangan baru atau penjelasan mengenai sikap dan
tingkah laku interpretasi seperti mengajukan pertanyaan mengenai hipotesa
mengenai hubungan atau mengenai arti suatu tingkah laku yang harus dipikirkan
oleh konseli.
Tujuan :
·
Untuk
mengidentifikasi hubungan antara pernyataan dan tingkah laku konseli yang
eksplisit maupun implisit.
·
Membantu
konseli memeriksa kembali tingkah laku mereka.
Dalam interpretasi, konselor harus menaruh perhatian kepada
anggota yang lain terutama anggota yang pasif atau yang datang dengan latar
belakang keluarga yang tidak mengizinkan seorang anak tidak setuju dengan
pendapat orang tua. Ini akan menempatkan konseli pada posisi yang sulit.
Interpretasi sebaiknya tepat, bilamana keliru konselor harus tahu letak
kekeliruannya kemudian meralatnya.
9. Teknik
Konfrontasi
Konfrontasi merupakan respon verbal dimana konselor
mendeskripsikan beberapa penyimpangan atau ketidakcocokan yang terlihat dalam
pernyataan atau tingkah laku konseli. Dalam teknik konfrontasi, anggota
kelompok dihadapkan langsung ( dikonfrontir) pada hal-hal yang terlihat adanya
pertentangan, misal seorang konseli berbicara keras, kemudian konselor
menanyakan “Apakah kamu sedang marah?”.
Tujuan ;
Untuk
membuka kedok konseli agar bertanggungjawab terhadap diskrepansi, distorsi,
permainan, dan tabir yang digunakan untuk menyembunyikan diri dari perubahan
tingkah laku yang konstruktif.
10. Klarifikasi
Teknik ini
digunakan apabila konselor ingin meminta penjelasan lebih lanjut yang di anggap
belum mengerti dan tidak sistematis, atau untuk menyamakan persepsi apakah yang
sudah di tangkap oleh konselor betul atau tidak.
11. Bermain Peran ( Role Playing)
Merupakan suatu
teknik konseling melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anggota
kelompok/klien. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya
dilakukan dalam kelompok, bergantung kepada apa yang diperankan.
Kelebihan
metode Role Playing adalah :
·
Melibatkan seluruh anggota kelompok
dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya
dalam bekerjasama.
·
Anggota bebas mengambil keputusan
dan berekspresi secara utuh.
·
Permainan ini merupakan penemuan
yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
·
Konselor dapat mengevaluasi
pemahaman tiap anggota melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
Teknik – teknik menstimulasi konseling kelompok yang
sudah dijelaskan di atas mendorong
anggota kelompok untuk membentuk kelompok kohesi, yaitu suatu keadaan dimana
terciptanya kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di
dalam kelompoknya dan mencegah anggota lain meninggalkan kelompoknya. Kohesi
kelompok dapat diukur dari keteratarikan anggota satu sama lain, ketertarikan
pada kegiatan dan fungsi kelompok, sejauh mana anggota tertarik pada kelompok
sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya. Kelompok kohesi mempunyai
suasana yang mempertinggi umpan balik dan mendorong komunikasi efektif, anggota
biasanya bersedia berdiskusi secara bebas, sehingga saling pengertian, saling
membantu dalam mencapai perubahan sikap. Konselor dapat meningkatka kohesi
kelompok dengan cara menumbuhkan semangat anggota kelompok, mendorong
terciptanya hubungan interpersonal yang akrab, menumbuhkan rasa kesetiakawanan
dan perasaan yang mendalam satu sama lain.
B. KETERAMPILAN
YANG DIGUNAKAN UNTUK KONSELING KELOMPOK
Keterampilan-keterampilan
yang digunakan dalam konseling kelompok adalah sebagai berikut :
1.
Keterampilan pada pemecahan
masalah (problem solving)
Konsentrasi pada
interaksi ini adalah pada masalah yang dihadapi konseli ( anggota). Peserta
diminta menyampaikan permasalahannya untuk memperoleh beberapa pandangan,
pemikiran dan alternative yang dapat membantu menyelesaikan masalahnya.
Cara :
a. Cara
langsung
Memanggil
2 atau 3 orang anggota untuk mengajak bicara dan memperhatikan pada satu
anggota. Terkadang jika hanya berfokus
pada satu orang akan membuat orang tersebut cemas atau takut.
Contoh :
“ Tina, mery, bagaimana pendapat kalian tentang persoalan ini?”.
b. Cara
tak langsung,
Membuat
anggota saling berpasangan (dua orang) untuk berdiskusi tentang apa yang akan
dibahas. Setelah masing –masing pasangan (dua orang) saling bercerita, kembali
lagi membentuk kelompok. Konselor membahas dengan memberikan pertanyaan:
·
Siapa
yang ingin berkomunikasi tentang apa yang telah didiskusikan dengan teman?
·
Apa
yang kamu ceritakan berkaitan dengan……….? ( sesuai topik)
·
Apa
yang kamu dapatkan dari diskusi tentang…….(sesuai topik) bersama teman tadi?
c. Latihan
tertulis
Beri
latihan tertulis, misalnya :
·
Tuliskan
3 pertanyaan yang kamu miliki tentang…..
·
Apa
yang kamu percayai tentang….
·
Setelah
itu minta anggota kelompok yang paling pendiam untuk membacakan hasil
latihan tersebut.
Adapun
unsur-unsur keterampilan problem solving
yang bisa dilakukan seorang konselor adalah sebagai berikut:
a.
Melatih anggota kelompok untuk mendesain suatu penemuan.
b.
Berpikir dan bertindak kreatif.
c.
Memecahkan masalah yang dihadapi
secara realistis
d.
Mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan.
e.
Menafsirkan dan mengevaluasi hasil
pengamatan.
Merangsang perkembangan kemajuan
berfikir klien untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat
2.
Keterampian interaksi sosial
Selain memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi, tujuan konseling kelompok adalah melatih
pengembangan komunikasi dan interaksi sosial,dimana setiap anggota kelompok
berpartisipasi dalam dinamika interaksi sosial, menyumbang pengetasan masalah
dan meyerap bahan untuk pemecahan masalah.
Suasana interaksi pun
harus diperhatikan oleh konselor, bagaimana menciptakan interaksi sosial yang
efektif dan terkendali.
Dalam keadaan
tertentu, seorang konselor bisa menghadirkan seseorang atau lebih klien
tertentu dalam konseling kelompok. Klien khusus ini dihadirkan dengan tujuan
untuk melibatkannya dalam interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok, dan
dengan keterlibatan yang intensif itu ia atau mereka dapat memetikberbagai hal
yang berkenaan dengan masalah-masalah yang ia atau mereka alami.
Tujuan khusus untuk
klien khusus ini tidak perlu diungkapkan dalam komunitas kelompok. Hal ini
dimaksudkan agar dalam dinamika interaksi sosial klien khusus tersebut tidak
diperlakukan secara khusus. Mereka justru diberi kesempatan untuk menjalani
keterlibatan sosial dalam kenyataan yang sebenarnya, tidak berpura-pura dan
tidak diatur secara tersendiri.
3.
Keterampilan komunikasi,
information giving
Dalam konseling, 90%
komunikasi dilakukan oleh konselor dan konseli. Komunikasi interpersonal dalam
kelompok dalam komunikasi antar orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan
setiap peserta menagkap reaksi lain secara langsung, baik secara verbal maupun
non verbal. Dalam hal ini seorang konselor dituntut untuk memiliki keterampilan
dalam merangsang terjadinya komunikasi interpersonal dengan klien di
kelompoknya sehingga terjadi proses konseling yang hidup, hangat, terarah,
dinamis dan menyeluruh pada semua anggota kelompok ( komunikasi multiarah)
sehingga kelompok menjadi efektif dan terkendali dan komunikasi verbal
mengemukakan pengalaman-pengalaman, peristiwa-peristiwa yang terjadi,
alternative yang dapat diambil atau juga mengenai orang-orang yang di jumpai.
Melalui komunikasi
interpersonal, seorang konselor bisa mempengaruhi kliennya, jika hasil yang
diharapkan menyangkut persetujuan dan kerjasama oranglain, maka komunikasi
interpersonal berfungsi untuk mempengaruhi gagasan dan perilaku
4. Ketrampilan
Observasi
Hal
– hal yang ada dalam ketrampilan observasi yaitu : “ Apa yang
diobservasi/diamati ? “
·
Tingkah
laku non verbal klien
Cara
menatap, bahasa tubuh, kualitas suara, merupakan indikator penting
yang mengungkapkan apa yang sedang terjadi pada klien.
·
Tingkah
laku verbal klien
Kapan
klien beralih topik, apa saja kata-kata kunci, penjelasan-penjelasan yang
disampaikan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
·
Kesenjangan
tingkah laku verbal dan non verbal
Seorang konselor yang tajam
pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa konflik/ketidaksesuaian
antara tingkah laku verbal dan non verbal, antara dua buah pernyataan, antara
apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan.
Dalam
mengobservasi sesuatu ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan :
1. Pengamatan Obyektif
Adalah
berbagai tingkah laku yang kita lihat dan dengar.
Misalkan : jalan mondar-mandir,
tangan dikepal, dsbnya.
2. Interpretasi/penafsiran
Adalah kesan yang kita berikan
terhadap apa yang kita lihat (amati) dan kita dengar.
5. Ketrampilan
Mendengar Aktif
Terdapat
empat bentuk mendengarkan yang bisa digunakan sesuai dengan situasi yang
dihadapi, yaitu :
a. Mendengar Pasif (Diam)
Dilakukan antara lain bila klien
sedang menceritakan masalahnya :
berbicara tanpa henti,
menggebu-gebu dengan ekspresi perasaan kesal atau sedih. Selain itu bila berhenti sejenak, konselor dapat
mendengar pasif untuk memberi kesempatan menenangkan diri.
b. Memberi tanda perhatian verbal
dan non verbal
Seperti
: Hmm, yaa, lalu, oh begitu, terus….. atau sesekali mengangguk.
Dilakukan
antara lain sewaktu klien berbicara panjang tentang peristiwa yang terjadi pada
dirinya.
c. Mengajukan pertanyaan untuk
mendalami dan klarifikasi
Dilakukan
bila konselor ingin mendalami apa yang diucapkan/diceritakan klien.
Misalnya
: “ Bagaimana hubungan ibu dengan
saudara-saudara suami ?”
“ Apakah maksud ibu dengan
perbuatan tidak layak itu?’
d. Mendengar Aktif
Yaitu dengan memberikan umpan
balik/merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien.
·
Refleksi
Isi atau Parahasing
Adalah menyatakan
kembali ucapan klien dengan menggunakan kata-kata lain, memberi masukan kepada
klien tentang inti ucapan yang baru dikatakan klien dengan cara meringkas dan
memperjelas ucapan klien.
·
Refleksi
Perasaan
Adalah
mengungkapkan perasaan klien yang teramati oleh konselor dari intonasi suara,
raut wajah dan bahasa tubuh klien maupun dari hal-hal yang tersirat dari
kata-kata verbal klien.
6. Ketrampilan
Bertanya
Semua
jenis pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan tertutup dan terbuka.
a.
Pertanyaan
Tertutup
·
Menghasilkan
jawaban “ ya “ atau “ tidak “ yang berguna untuk mengumpulkan
informasi yang factual.
·
Tidak
menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses pengambilan
keputusan
·
Bidan
mengontrol jalannya percakapan, klien hanya memberikan informasi yang
bersangkutan dengan pertanyaan saja.
b.
Pertanyaan
Terbuka
·
Jenis
pertanyaan biasanya memakai kata tanya “ bagaimana “ atau “ apa “
·
Memberi
kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam menjawab yang memungkinkan
partisipasi aktif dalam percakapan.
·
Merupakan
cara yang efektif untuk menggali informasi dengan menggunakan intonasi suara
yang menunjukkan minat dan perhatian.
PENUTUP
Dalam
konseling kelompok, setiap konseli terlibat menjadi sumber untuk saling
memahami satu sama lain. Untuk itu konseling kelompok memiliki tujuan bersama
dengan memperhatikan tahapan-tahapan konseling dan teknik-teknik menstimulasi
kelompok.
Seorang
konselor dalam memberikan layanan konseling kelompok, harus menggunakan
berbagai metode, teknik serta memiliki keterampilan-keterampilan agar tujuan
pemecahan masalah terhadap anggota terwujud secara optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar