Selasa, 19 Juni 2012

Studi Kasus 3


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dimasa yang sudah serba modern sekarang ini banyak membawa perubahan dan perkembangan di segala aspek kehidupan manusia. Keadaan inilah yang membuat manusia merasa tertantang untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan ini.
Perubahan-perubahan yang terjadi kadangkala membawa masalah dalam segala aspek kehidupan manusia seperti masalah pribadi, masalah keluaraga, masalah pendidikan dan masih banyak lagi masalah yang bisa timbul.
Dengan adanya permasalahan yang muncul maka individu berusaha untuk menyesuaikan diri dan menyelesaikan permasalahan itu sendiri. Ada individu yang mampu untuk menanganinya dan adapula yang kurang mampu untuk menanganinya. Penulis berusaha untuk membantu menganalisis dan memecahkan masalah yang kemungkinan besar di sekolah ada siswa yang mengalami permasalahan yang berkaitan dengan pendidikannya.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah, indikator yang paling penting adalah hasil belajar. Dimana hasil belajar itu merupakan nilai atau skor yang diperoleh siswa setiap semester. Akan tetapi, nilai yang diperoleh siswa ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami hambatan atau kesulitan dalam proses belajarnya dan implikasinya adalah rendahnya prestasi belajar siswa.   

Kegiatan bimbingan dan koseling merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan(Prayitno, 1997).
Bimbingan dalam rangka mengembangkan kepribadian siswa dimaksudkan agar dapat mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenali lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara obyektif lingkungan, baik lingkungan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan fisik, dan lainya dan mampu menerima kondisi lingkungan secara positif dan dinamis. Sedangkan bimbingan dalam rangka merecanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didk mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik yang menyangkut pendidikan, karir, maupun budaya kemasyarakatan. Dengan kegiatan bimbingan diharapkan siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, membantu membuat interpretasi terhadap fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian sosial.
Dalam rangka membantu siswa yang mengalami masalah maka diperlukan suatu tindakan secara sistematis, dinamis dan konstruktif agar diperoleh penanganan yang baik sehingga diharapkan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa/klien. Dalam hal ini, metode yang diberikan adalah studi kasus. Proses ini dimulai dari identifikasi masalah kemudian dilakukan diagnosis dan selanjutnya diadakan prognosis yaitu kemungkinan-kemungkinan bantuan yang akan diberikan sesuai masalah yang dihadapi. Setelah itu, akan diberikan treatment atau tindakan pemberian bantuan serta tindak lanjut. Dengan melalui tahap-tahap tersebut maka yang akan dibahas dalam laporan ini adalah Penyesuain Diri dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Siswa dan Pemecahannya melalui Penerapan Teknik Modeling Simbolis. (Studi Kasus Pada Seorang Siswa Kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 22 Makassar).




B.     Tujuan Pelaksanaan Studi Kasus

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan pelaksanaan studi kasus ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus, yaitu sebagai berikut :
1.      Tujuan Secara Umum
a.       Untuk tujuan riset sebagai metode studi kasus yang bermanfaat untuk mengumpulkan data.
b.      Dapat dipakai sebagai dasar untuk diagnosis dan trearment masalah khusus.
c.       Untuk membantu subyek mencapai perkembangan yang baik.
d.      Untuk meningkatkan pemahaman tentang studi kasus.
2.      Tujuan Secara Khusus
a.       Untuk mengetahui gambaran siswa tentang faktor-faktor yang mengakibatkan prestasi belajar rendah dan keterlambatan siswa datang ke sekolah.
b.      Untuk mengetahui permasalahan apa yang mengakibatkan siswa memperoleh prestasi belajar rendah di SMA Negeri 22 Makassar.
c.       Untuk memecahkan/mengatasi masalah Prestasi Belajar Rendah dan  keterlambatan siswa ke sekolah.

C.     Konfidensial
            Salah satu kode etik petugas bimbingan konseling adalah menjaga kerahasiaan dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan sebagai profesi dan efektivitas proses dan hasilnya untuk memenuhi tuntutan optimalisasi proses dan hasil penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.
            Kaedah-kaedah atau asas bimbingan dan konseling yaitu ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelennggaraan layanan tersebut. Asas yang pertama dan utama adalah asas kerahasiaan sebagai kode etik jabatan konselor untuk menghasilkan segala sesuatu yang dibicarakan oleh konseli kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, terutama tentang data pribadinya.
            Oleh karena asas kerahasiaan tersebut perlu diperhatikan sebagai kunci dalam usaha pemberian bantuan bimbingan dan konseling, sebab bila tidak dilaksanakan maka kepercayaan konseli kepada konselor akan hilang dan akhirnya konseli akan tertutup dan bahkan konseli tidak mau meminta bantuan sebab khawatir masalah diri mereka menjadi perhatian orang lain, jika hal iu terjadi maka kasus tidak terselesaikan untuk menjaga kemungkinan itu terjadi, konselor harus mengikuti kode etik jabatan konselor.

D.        Identifikasi Kasus
Pemilihan kasus didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain yaitu dari rekomendasi guru BK tentang siswa yang bermasalah, melihat hasil prestasi belajarnya rendah, maka penulis menetapkan salah seorang siswa yang dianggap mempunyai masalah, yaitu prestasi belajar yang rendah. Siswa yang teridentifikasi yaitu sebagai berikut :
1. Nama samaran                     : AJ
2. Jenis Kelamin                      : Laki-laki
3. TTL                                     : Ujung Pandang, 03 Juni 1995
4. Agama                                : Islam
5. Umur                                   : 16 tahun
6. Pendidikan                          : SMA
7. Kelas                                   : XI IPA-1
8. No. Stambuk                       : -
9. Alamat rumah                     : Hartaco,Daya, Sudiang Raya
10. Suku                                  : Bugis
11. Warga Negara                   : Indonesia
12. Alamat sekolah                 : Jln. Pajjaiyang Komp.KOR/KNPI Sudiang
13. Keterangan pendidikan    :
a. Sekolah Dasar
      - Umur                         : 7 tahun
      - Lama belajar/tahun   : 6 tahun / 2007
      - Sekolah                     : SD. Negeri Pajjaiyang
b. SMP
      - Umur                         : 13 tahun
      - Lama belajar/tahun   : 3 tahun / 2010
      - Sekolah                     : Immim Putra Makassar

c. SMA
      - Umur                         : 16 tahun
      - Lama belajar             : Sementara
      - Sekolah                     : SMAN 22 Makassar



14. keterangan tentang orang tua/wali
a. Identitas ayah:
      Nama Lengkap                        : Wirawan Rusdi
      Alamat Lengkap                     : Hartako Indah
      Pekerjaan                                 : TNI-AD
      Pendidikan                              : -
      Agama                                     : Islam
      Suku                                        : -
b. Identitas Ibu :
      Nama Lengkap                        : Artina
      Alamat Lengkap                     : Hartako Indah
      Pekerjaan                                 : PNS
      Pendidikan                              : -
      Agama                                     : Islam
      Suku                                        : Bugis
15. Keterangan kesehatan :
            a. Penglihatan                          : Normal
            b. Pendengaran                       : Normal
            c. Penciuman                           : Normal
            d. Peraba                                 : Normal
            e. Penyakit yang pernah diderita : -


16. Keterangan lain-lain :
            a. Keadaan jasmani
§  Tinggi badan                            : 167 cm
§  Berat badan                               : 50 kg
§  Warna kulit                                : Sawo matang
            b. Penampilan
§  Ekspresi wajah                          : Cukup ramah
§  Perangai                                     : Sopan dan Humoris
§  Kerapian                                    : Cukup baik
§  Suara                                         : Serak
§   
E.        Gambaran Umum Tentang Kasus

Berdasarkan data dari informasi yang telah diperoleh selama Praktek Studi Kasus di SMA Negeri 22 Makassar, maka gambaran umum tentang kasus jika dilihat dari penampilan fisik dan psikisnya, sebagai berikut:
1.      Penampilan Fisik
Sesuai dengan pengamatan penulis, cara berpakaian klien cukup  rapi,tapi kadang bajunya keluar sedikit, cara jalannya agak Cepat sedikit, berpenampilan sederhana, keadaan tinggi badan 167 cm, kulit sawo matang, dan wajah manis.
2.      Penampilan Psikis
Menurut pengamatan penulis, anak tersebut cukup aktif dalam bergaul, anak tersebut tidak hanya terlihat akrab dengan teman-teman kelasnya, dan juga dengan anak dari kelas lain dan juaga dengan gurunya.
F.         Alasan Memilih Kasus
1.      Bagi penulis
      Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan penulis sehingga mengangkat masalah klien ini menjadi studi kasus, antara lain :
-          Kadang suka datang terlambat ke sekolah
-          Sering begadang saat larut malam
-          Karena pengaruh orang tua, dimana kedua orang tuanya hubungannya senjang,biasanya konseli tinggal bersama ayahnya,biasa juga tinggal bersama ibunya. ( Broken Home ).
-          Memiliki Prestasi belajar Rendah dan menurun di kelasnya
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan praktikan untuk mengangkat masalah klien menjadi studi kasus, diantaranya yaitu :
1.        Dari hasil wawancara dengan konselor bahwa keluarga konseli ( Broken Home ). Konseli biasa tinggal bersama ayahnya, juga biasa tinggal bersama ibunya.
2.        Konseli juga sering terlambat kesekolah akibat sering begadang setiap malam akibat tidak adanya perhatian dari orang tua.
3.        Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka guru pembimbing menyarankan agar menangani klien tersebut, untuk mengetahui penyebab anak tersebut memiliki prestasi belajar rendah di kelasnya dan keterlambatannya ke sekolah.




Selain itu, konselor merasa tertarik dalam memilih kasus ini karena di dasari oleh motif tertentu yakni:
1.        Bagi Guru Pembimbing
a.          Agar terampil mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami masalah.
b.         Agar guru pembimbing terampil menggunakan dan melaksanakan konseling secara individual dan secara kelompok.
c.          Agar guru pembimbing terampil menilai efektifitas konseling beserta kegiatan dan tindak lanjutnya.
2.        Bagi siswa/klien
a.          Klien tersebut dapat memahami dirinya dan permasalahan yang dialaminya dapat  terselesaikan.
b.         Klien tersebut dapat lebih terampil mengambil sikap dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
c.          Mampu menyesuaikan diri dengan tata tertib yang berlaku di sekolah dan menghargai guru, staf sekolah lainnya beserta siswa
3.        Bagi sekolah
Kegiatan ini dapat membantu siswa yang menghadapi permasalahan sehingga personil sekolah dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Hasil dari kegiatan ini dalam bentuk studi kasus yang berisi data siswa dapatlah menjadi dokumen yang siap digunakan setiap saat dibutuhkan dan kegiatan ini membawa pengaruh positif bagi sekolah yang bersangkutan di mana secara umum siswa yang dibantu akan mendapatkan pelayanan administrasi dan psikologi yang kemudian akan memberikan pengaruh terhadap prestasi sekolah yang bersangkutan.
Berdasarkan gambaran gejala di atas maka penulis merasa perlu membantu siswa yang bersangkutan (adanya persetujuan dengan konselor di sekolah) dengan menggunakan teknik studi kasus dengan harapan agar:
a.       Penulis terampil dalam mengidentifikasi siswa yang dianggap mengalami masalah.
b.      Penulis terampil melaksanakan konseling individual
c.       Penulis menjadi terampil menggunakan teknik studi kasus sebagai salah satu metode yang efektif dalam penelitian.
2.      Bagi siswa
Dengan adanya penanganan kasus melalui studi kasus ini, maka siswa yang bersangkutan diharapkan:
a.       Siswa tersebut dapat menerima dirinya dan memahami masalah yang sedang dihadapinya.
b.      Siswa yang bersangkutan dapat merubah sikap (tingkah lakunya yang negatif).
c.       Siswa yang bersangkutan dapat mengambil keputusan sendiri dalam memecahkan masalahnya
3.      Bagi sekolah
            Hasil dari studi kasus ini berisi hal-hal yang berhubungan dengan siswa yang dilengkapi dengan data-datanya.  Ini bisa menjadi dokumen yang bisa digunakan suatu saat nanti jika dibutuhkan




BAB II
DASAR DAN KERANGKA KONSEPTUAL PENGKAJIAN KASUS


A.    Teori Dasar/Landasan Konseptual yang Digunakan
1. Konsep Dasar Modeling  Simbolis
a. Pengertian Modeling Simbolis
            Aktivitas sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari aspek emosional yang terkait dengan perasaan senang, takut, gelisah, marah, jengkel, dan sebagainya. Berbagai cara mengubah keadaan dirinya berkaitan dengan emosionalnya, baik dengan mengkonsumsi obat-obatan maupun melalui konseling . Salah satu cara yang dapat ditempuh melalui konseling adalah teknik modeling atau pemberian contoh. Modeling adalah metode untuk menghasilkan perilaku baru (Gasda, 1989: 93 dalam Mahmud 2005: 51).
            Pengertian lain dari Cormier dan Cormier, 1985 dalam Mahmud 2005 bahwa modeling adalah  prosedur dengan mana orang  dapat belajar perilaku yang diharapkan melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain.
            Menurut Abimanyu, S. & Manrihu, T. (1996) mengutarakan :
“Modeling simbolis, modelnya disajikan dalam bentuk material tertulis, rekaman audio atau video, film atau slide yang dikembangkan untuk klien perorangan atau untuk kelompok. Suatumodel simbolis dapat mengajarkan klien tingkah laku yang sesuai, mempengaruhi sikap dan nilai-nilai,dan mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial melalui simbol atau gambar dari benda aslinya dan dipertunjukkan pada klien melalui alat-alat perekam seperti tersebut di atas” .
            Berdasarkan pendapat di atas berkaitan dengan modeling simbolis, maka pada hakikatnya modeling simbolis merupakan suatu prosedur pemberian bantuan kepada orang lain (konseli) dalam upaya memodifikasi pikiran, sikap, dan keyakinan yang dimiliki dengan berdasarkan dengan apa yang ia lihat atau ia dengar .
            Bandura (1969) dalam Abimanyu, S. & Manrihu, T. (1969) membuktikan bahwa model-model simbolik telah digunakan dan berhasil dalam berbagai situasi. Konseli yang mengalami rasa takut yang kemudian disuruh mengamati suatu  model atau model-model yang berhasil menghadapi situasi-situasi ketakutan tanpa akibat negatif, maka konseli itu kemudian dapat mengurangi dan menghilangkan rasa ketakutannya.
b. Karakteristik Modeling
1)        Menggunakan model, baik model langsung maupun simbolis.
2)        Konseli belajar mengobservasi.
3)        Menghapus hasil belajar yang maladaptif dengan belajar tingkah laku yang lebih adaptif.
4)        Konselor memberi balikan segera dalam bentuk komentar atau saran.
c. Tujuan  Modeling
1)            Untuk perolehan tingkah laku sosial yang lebih adaptif.
2)            Agar konseli bisa belajar sendiri menunjukkan perbuatan yang dikehendaki tanpa harus belajar lewat trial and error.
3)            Membantu konseli untuk merespon hal-hal yang baru.
4)            Melaksanakan respon-respon yang semula terhambat/ terhalang.
5)            Mengurangi respon-respon yang tidak layak.
d. Asumsi Dasar
1)      Belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung. Bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensinya.
2)      Bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka bisa unlearned (dihapus dari ingatan) dan tingkah laku yang lebih efektif  bisa diperoleh.
e. Prinsip
1)           Pemberian pengalaman-pengalaman belajar sebagai proses penghapusan hasil belajar yang maladaptif.
2)           Model sebagai stimulus terjadinya pikiran, sikap, dan perilaku bagi pengamat (konseli).
3)           Individu (konseli) mengamati model (tingkah laku yang nampak dan spesifik) kemudian diperkuat untuk mencontohnya.
4)           Status dan kehormatan model amat berarti, karena keberhasilan teknik tergantung pada persepsi konseli terhadap model yang diamati.
5)           Adegan yang lebih dari satu dapat menggambarkan situasi-situasi berbeda dimana tingkah laku ketegasan biasanya diperlukan.

f. Manfaat Modeling
1)        Memberikan pengalaman belajar yang bisa dicontoh konseli.
2)        Menghapus hasil belajar yang tidak adaptif.
3)        Memperoleh tingkah laku yang lebih efektif
4)        Mengatasi gangguan-gangguan keterampilan sosial, gangguan reaksi emosional dan pengendalian diri.






g. Jenis-Jenis Modeling
                                   Cormier dan Cormier (1985: 216) mengemukakan bahwa: ada enam jenis modeling, yaitu:
1)                  Modeling Langsung
Adalah cara untuk mempelajari keterampilan atau tingkah laku yang dikehendaki melalui contoh langsung yang dilakukan oleh konselor, guru, teman, konseli,atau model yang lainnya.
2)                  Modeling Simbolis
Strategi yang digunakan untuk mempelajari respon baru atau menghilangkan rasa takut di mana modelnya disajikan melalui material tertulis, audio, atau video tape, film, dan juga rekaman slide.
3)                  Modeling Diri Sendiri
Diri sendiri sebagai model adalah strategi yang digunakan untuk mempelajari respon baru atau rasa takut dengan menggunakan konseli sendiri sebagai model.
4)                  Modeling Partisipan
Berasumsi bahwa unjuk kerja seseorang yang sukses adalah alat yang efektif untuk menghasilkan perubahan. Model partisipan ini terdiri dari demonstrasi model, latihan terbimbing, dan pengalaman-pengalaman yang sukses.
5)                  Modeling Tersembunyi
Adalah prosedur dimana konseli mengimajinasikan suatu model yang memperagakan tingkah laku dengan menggunakan instruksi-instruksi. Prosedur modeling tersembunyi berasumsi bahwa perbuatan yang sebenarnya atau yang simbolis yang ditampilkan oleh suatu model tidak diperlukan, karena konseli diarahkan untuk mengimajinasikan tingkah laku seseorang yang dikehendakinya.
6)                  Modeling Kognitif
Suatu prosedur di mana konselor menunjukkan seseorang  tentang apa yang dikatakan pada dirinya sendiri sewaktu orang itu melakukan suatu tugas.
h. Proses Pelaksanaan Modeling Simbolis
                                    Pemberian modeling simbolis harus dilakukan secara terencana dan sistematis sehingga dapat diperoleh hasil optimal. Abimanyu, S. & Manrihu, T. (1996: 263-264) mengemukakan bahwa proses pemberian modeling simbolis melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.               Pemberian informasi kepada siswa tentang alasan pemberian modeling simbolis yang memungkinkan siswa dapat mengikuti berbagai kegiatan dengan penuh motivasi.
2.               Pemberian modeling simbolis dengan menggunakan model yang dinilai efektif dalam menampilkan tingkah laku yang diinginkan.
3.               Pemberian latihan berdasarkan dari hasil kegiatan pemberian modeling sehingga siswa dapat lebih meningkatkan kemampuannya menghadapi atau mengatasi masalah.
4.               Menerima balikan dari hasil kegiatan yang bersumber dari siswa.
5.               Ringkasan kegiatan hasil modeling simbolis yang memungkinkan dapat mengukur sejauhmana keberhasilan pemberian modeling simbolis.
i.  Kelebihan dan Kelemahan Modeling Simbolis
            Modeling terdiri atas berbagai jenis, dan setiap jenis modeling tentu  memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak terkecuali modeling simbolis yang juga memiliki kelebihan di samping kekurangannya. Menurut Abimanyu dan Menrihu (1996), kelebihan modeling simbolis, yaitu :
1)      Modelnya disajikan melalui material tertulis, rekaman audio atau video, film atau slide.
2)      Model simbolis yang self instructional dapat dilaksanakan oleh klien tanpa berhubungan dengan guru pembimbing.
3)      Dapat langsung ditiru oleh klien terhadap apa yang dilihat.

Selain kelebihannya, modeling simbolis juga memilliki kekurangan, yaitu :
1.      Modeling simbolis kebanyakan hanya digunakan untuk mengurangi situasi-situasi ketakutan.
2.      Sifat-sifat dari modeling simbolis hendaknya harus sama dengan orang-orang yang menggunakan prosedur itu.
3.      Memerlukan waktu yang cukup lama di dalam penggunaannya.
4.      Kadang-kadang terjadi penilaian yang keliru.

j. Pertimbangan-Pertimbangan dalam Penggunaan Modeling Simbolis
            Menurut Abimanyu dan Menrihu (1996: 260), elemen-elemen yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan modeling simbolis, yaitu: “ sifat-sifat dari pemakai, tingkah laku tujuan yang menjadi model, media, isi dan presentasi, dan testing lapangan dari model itu”.
            Elemen-elemen di atas diuraikan sebagai berikut:
1.          Sifat-sifat dari pemakai
            Yang menjadi pertimbangan pertama dalam mengembangkan suatu model simbolis adalah sifat-sifat dari orang yang akan di-treatment dengan model ini. Misalnya umur, jenis kelamin, budayanya, sifat-sifat suku bangsanya, dan masalah-masalah yang dihadapi orang itu. Sifat-sifat dari model simbolis hendaknya sama dengan orang-orang yang akan menggunakan prosedur itu.
            Sarason dan Sarason (1981) dalam Abimanyu, S. & Manrihu, T. (1996) melaksanakan wawancara secara intensif untuk mengukur keterampilan sosial apa yang diperlukan bagi siswa SMA yang prestasinya rendah. Mereka mewawancarai guru, konselor, siswa, bekas siswa yang putus sekolah dan pengusaha yang memperkerjakan siswa yang putus sekolah.
2.          Tingkah laku-tingkah laku tujuan yang menjadi model
            Tingkah laku tujuan atau apa yang menjadi model hendaknya dispesifikasi. Konselor dapat mengembangkan seri-seri model simbolis untuk memusatkan pada tingkah laku-tingkah laku yang berbeda   atau pola tingkah laku kompleks dapat dipecah-pecah dalam keterampilan yang lebih spesifik.
             Suatu seri dari model-model yang dikembangkan konselor hendaknya membentuk model itu dalam tiga pertanyaan, yaitu pertama tingkah laku-tingkah laku apa yang          dikehandaki?  Kedua, perlukah tingkah laku-tingkah laku atau aktivitas-aktivitas itu          disusun ke dalam urutan keterampilan-keterampilan yang kurang kompleks, dan Ketiga, bagaimana hendaknya urutan keterampilan-keterampilan itu diatur?
3.          Media
            Media-media yang dapat digunakan dalam pelaksanaan modeling simbolis adalah mengemukakan  model-model simbolis tertulis melalui buku dalam bentuk contoh-contoh model, latihan praktis, dan umpan balik. Dapat berupa film, rekaman video, audio, atau pemuatan dalam rekaman slide. Pemilihannya pun tergantung di mana, dengan siapa, dan bagaimana model simbolis itu akan digunakan.
4.          Isi dan presentasi
            Dalam penyajiannya, konselor hendaknya mengembangkan suatu skrip untuk merefleksikan isi modeling yang disampaikan. Ada 5 bagian hendaknya ada dalam skrip, yaitu :
a.       Instruksi-instruksi, hendaknya mengikuti setiap tingkah laku atau uraian           tingkah laku yang didemonstrasikan. Hal tersebut akan membantu mengidentifikasi komponen-komponen model yang disajikan. Instruksi itu           dapat memfasilitasi perhatian terhadap model itu dan dapat juga     menggambarkan tipe yang digambarkan model itu.
b.      Modeling, mencakup deskripsi tentang tingkah laku atau kegiatan yang ditiru dan kemungkinan dialog dari model yanng memuat tingkah laku atau kegiatan yang tujuan itu. Hendaknya menyajikan pola-pola tingkah laku yang kompleks dalam urutan keterampilan yang terencana.
c.       Latihan, dalam model simbolis hendaknya dimungkinkan adanya kesempatan bagi konseli untuk berlatih tentang apa yang baru mereka baca, dengar atau             lihat yang dikerjakan oleh model-model itu.
d.      Balikan, setelah berlatih konseli diberi balikan dalam bentuk deskripsi   tentang tingkah laku atau aktivitas. Hendaknya diinstruksikan untuk mengulang modeling itu dan mempraktekkanya lagi jika balikan   menunjukkan adanya masalah.
e.       Ringkasan, dalam kesimpulan dari skenario atau seri-seri tertentu, skrip hendaknya mencakup suatu ringkasan tentang apa yang telah ditiru dan             pentingnya bagi konseli menguasai tingkah laku ini.

5.          Testing lapangan dari model itu
            Mencek skrip sebelum membuat model simbolis adalah hal yang baik. Ini dapat dilakukan kepada beberapa orang atau teman dari sasaran atau kelompok konseli. Bahasanya, urutannya, modelnya, waktu latihannya, dan balikan, hendaknya diuji oleh pemakai sebelum model simbolis akhir ditetapkan.
            Dalam studi kasus ini akan digunakan modeling simbolis berupa material tertulis berbentuk biografi tokoh muda.


2. Prestasi Belajar
a.       Prestasi Belajar
Setiap manusia dalam melakukan suatu pekerjaan, pastilah ingin mencapai suatu keberhasilan. Begitu juga dalam dunia pendidikan, setiap siswa mengharapkan suatu keberhasilan dalam proses belajarnya. Dan itu semua terealisasi dalam bentuk prestasi belajarnya di sekolah.
Menurut seorang ahli, yaitu Soetnah Saewando (1982: 41) yang menyatakan bahwa prestasi belajar di sekolah (School Achievement) adalah keberhasilan siswa dalam mempelajari bahwa pelajarannya di sekolah yang diberikan oleh guru. Hasil itu dinyatakan dari hasil tes mengenai mata pelajaran yang bersangkutan.
Dewa Ketut (1986: 89) menjelaskan bahwa prestasi adalah penguasaan materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuninya oleh individu berpengaruh terhadap arah pilihan pekerjaan di kemudian hari. Sedangkan menurut Ambo Enre Abdullah (1987: 2) menjelaskan bahwa tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa dapat menjadi indikator banyak tidaknya pengetahuan dan kemampuan keterampilan yang dikuasainya dalam bidang studi kegiatan kurikulum tertentu.
Selanjutnya Samijo dan Mardiani (1983: 19) menerangkan bahwa penguasaan hasil belajar yang baik pada umumnya ditandai dengan adanya retensi, internalisasidan transfer pada diri individu. Retensi merupakan kemampuan untuk menyimpan pengalaman belajar sehingga hasil belajar permanen. Internalisasi adalah hasil dari belajar yang menyatu dengan diri dan transfer adalah kemampuan mengalihkan apa yang dipelajari kedalam situasi yang baru.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh ahli, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang nyata dari usaha, aktualisasi yang dilakukan oleh manusia setelah melakukan proses belajar, dengan kata lain prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melalui proses belajar.
b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Usman (1993: 10), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang adalah :
1)      Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Adapun bentuk dari faktor internal ini adalah:
a)Faktor jasmaniah
Ø  Faktor kesehatan.
Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap kondisi belajarnya. Seseorang akan terganggu proses belajarnya bilamana keadaan fisik lelah, pusing, kurang bersemangat dan masih banyak lagi gangguan kesehatan lainnya.
Ø  Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah suatu faktor yang dapat juga menghambat proses belajar seseorang. Apabila seseorang itu buta, tuli, setengah buta dan masih banyak lagi bentuk cacat lainnya yang bisa mempengaruhi proses belajar seseorang.
b)      Faktor Psikologis
Ø  Intelegensi
Intelegensi adalah tingkat kecerdasan seseorang. Bagi siswa yang memiliki intelegensi yang kurang maka akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.


Ø  Perhatian
Jika menginginkan hasil belajar dengan baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika tidak diperhatikan, maka timbullah kebosanan sehingga tidak lagi suka belajar.
Ø  Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jika seseorang termotivasi untuk belajar, maka dia dapat mencerna dengan mudah pelajaran yang diberikan.
2)      Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Adapun bentuk dari faktor eksternal itu adalah :
a)      Faktor keluarga
Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang utama dan pertama karena di dalam keluargalah seseorang pertama-tama menerima pendidikan dan sebagai bekal dalam mengadakan interaksi dengan masyarakat sekitarnya. Pendidikan keluarga diantaranya bersumber dari kedua orang tua, saudara, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga.
b)      Faktor sekolah
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan pengetahuan subjek didik pada lembaga pendidikan yaitu sekolah diantaranya : metode mengajar yang diterapkan oleh pendidik, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, keadaan gedung, dan lain-lain.



c)      Faktor masyarakat
Faktor masyarakat juga berpengaruh terhadap belajar. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan di dalam masyarakat. Misalnya : teman bergaul, lingkungan sekitar, dan lain-lain.
B.     Kerangka Pikir untuk Pengkajian Kasus
Ada berbagai macam permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan manusia termasuk dalam kehidupan remaja. Praktikan mendapatkan sebuah permasalahan yang sedang dialami oleh siswa yang berdomisili di SMA Negeri 22 Makassar. Siswa tersebut mendapatkan nilai yang rendah ( motivasi belajar rendah ). Berdasarkan hasil wawancara awal, siswa ini mengaku bahwa dia memiliki prestasi belajar rendah karena kadang malas, tidak memiliki jadwal belajar, waktunya lebih banyak di habiskan untuk kegiatan lain seperti jalan-jalan, nonton dari pada belajar,kadang mengantuk saat belajar disekolah akibat begadang.














BAB III
PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN

A.    Rancangan dan Prosedur Studi Kasus
Dalam upaya untuk memahami kasus ini secara detail dari akibat terhadap diri klien, maka praktikan akan menyusun prosedur dan tahapan dalam melaksanakan studi kasus yakni : identifikasi kasus yang telah dibahas pada bab sebelumnya, identifikasi masalah dengan melalui analisis dan sintetis, diagnosis dan prognosa. Dengan tahapan inilah diharapkan dapat memberikan bantuan yang sesuai dengan masalah yang dibutuhkan oleh klien dan bagaimana alternatif pemecahan yang akan diberikan dari gejala yang ditampakkan (treatment). Dan selanjutnya dilakukan evaluasi serta tindak lanjut. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan pada bab berikutnya.
A.    Sumber dan Alat Pengumpulan Data
Dalam upaya untuk memahami kasus ini, maka di dalam melaporkan data yang bersifat karya tulis ilmiah sangat memerlukan dan bahkan berdasarkan pada informasi yang akurat sehingga dapat memperjelas masalah yang dihadapi oleh klien. Untuk memperoeh data maka penulis menggunakan beberapa alat pengumpulan data seperti: Angket,Angket Kebiasaan siswa, Tes Who Am I, observasi di dalam kelas, observasi di luar kelas, wawancara, absensi siswa, problem check list, dan Cek List kebiasaan belajar.
B.     Jaminan Konfidensial
Kegiatan ini dilaksanakan dalam usaha untuk meguasai pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam memberikan layanan konseling secara inidividual serta pembuatan laporan studi kasus. Kegiatan studi kasus ini sebenarnya relatif sama dengan kegiatan konseling  sehingga dapat dikatakan bahwa dengan ini merupakan awal bagi calon konselor untuk selanjutnya dapat memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan konseling yang sesungguhnya di lapangan.
Dengan tetap menjunjung tinggi kode etik Bimbingan Konseling, praktikan membuat laporan studi kasus ini dengan tetap menjaga kerahasiaan masalah klien sesuai dengan kode etik seorang konselor, maka penulis tidak menerangkan dengan jelas nama klien. Adapun wujud dari laporan ini sama sekali tidak bermaksud membeberkan rahasia atau masalah klien/siswa.
Semua data atau informasi yang menyangkut pribadi klien akan dijamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, kasus ini hanya akan diberikan kepada yang berwenang semata.
C.    Metode Analisis Data
1.      Tes “Who Am I”
      Tes Who Am I adalah suatu alat pengumpulan data yang berupa tes kepribadian yang dapat mengukur penyikapan seseorang terhadap dirinya sendiri. 
      Tes ini terdiri atas 15 pertanyaan.  Tiap pertanyaan terdiri dari 3 pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), AS (Agak sesuai) dan ST (Sama sekali Tidak Sesuai) dan masing-masing pilihan jawaban mempunyai nilai sesuai dengan pedoman yang ditentukan..
      Total dari nilai tiap-tiap item pernyataan dapat digolongkan dalam kategori sebagai berikut :
a.       37,5 - 45  diinterpretasikan memiliki kepribadian optimis, sangat menyenangkan dan sangat percaya diri.
b.      30,5 - 37  diinterpretasikan berkepribadian optimis, menyenangkan dalam bergaul dan percaya diri.
c.       23,5 -30  diinterpretasikan Cukup optimis, agak menyenangkan dan cukup  percaya pada diri sendiri
d.      16,5- 23 diinterpretasikan kurang optimis, kurang menyenangkan dan kurang percaya diri



Hasil tes Who Am I dari konseli “AJ” adalah sebagai berikut :
No
Pilihan Jawaban
Nilai
1
AS
2
2
AS
2
3
AS
2
4
ST
1
5
SS
3
6
AS
2
7
AS
2
8
ST
1
9
AS
2
10
ST
1
11
AS
2
12
ST
1
13
AS
2
14
ST
1
15
AS
2
Jumlah
26

            Berdasarkan hasil analisis tes tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa skor mentahnya yaitu 26 berada pada golongan 23,5 -30, maka interpretasinya : Diinterpretasikan Cukup optimis, agak menyenangkan dan cukup  percaya pada diri sendiri.

2.      Observasi
Obervasi adalah alat pengumpul data yang digunakan dengan cara melakukan kegiatan pengamatan langsung terhadap klien. Adapun kegiatan observasi yang dilakukan adalah observasi di dalam kelas dan observasi di luar kelas. Hasil dari observasi tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Observasi di dalam kelas
Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui kebiasaan klien pada saat sedang belajar di kelas dan hasilnya adalah :
§  Si Konseli  pada saat sedang belajar sering ngobrol.
§  Terlihat pasif di kelas pada saat belajar
§  Konseli  memilih tempat duduk yang menguntungkan.
§  Konseli kurang memperhatikan pelajaran
§  Konseli  jarang bertanya.
§  Kurang inisiatif di dalam kelas
§  Sering kebingungan saat belajar
§  Konseli sering mempermainkan sesuatu pada saat belajar.
§  Konseli sukar menyatakan pendapat
§  Konseli Malu menyatakan pendapat
b.      Observasi di luar kelas
Tujuan dari observasi di luar kelas ini adalah untuk mengetahui kegiatan dan kebiasaan siswa pada saat di sedang berada di luar kelas (bukan jam pelajaran) dan hasilnya adalah :
§  Konseli orangnya ramah dan periang, suka bekerjasama, bermalas dan pasif
§  Konseli cukup jujur dan pemberani
§  Konseli kurang aktif dan kreatif
§  Konseli tergolong orang yang kurang sabar
§  Konseli termasuk orang yang cukup penolong, cukup toleran, dan punya banyak teman

3.  Wawancara
Observasi adalah alat pengumpul data yang dipergunakan untuk memperoleh informasi tentang data siswa sesuai dengan permasalahan. Wawancara dilakukan secara face to face (tatap muka). Adapun pihak yang diwawancarai adalah klien yang bersangkutan, dan teman-temannya. Adapun hasil wawancara adalah sebagai berikut:
a. Wawancara dengan klien adalah sebagai berikut :
v  Klien tidak memiliki jadwal belajar yang tetap
v  Konseli sering begadang saat malam dan tidur biasa jam 1 atau jam 2 malam
v  Konseli kadang tinggal bersama ayahnya dan juga kdang bersama ibunya karena orangtuanya broken home.
v  Klien kurang menyadari pentingnya belajar yang terbukti dari pengakuannya bahwa pada saat belajar, dia kadang malas dan kadang mengantuk saat belajar.
b. Wawancara dengan teman klien
Berdasarkan hasil wawancara dengan teman konseli, diperoleh hasil bahwa konseli termasuk siswa yang baik.

3.      Problem Check List
Problem check list adalah alat pengumpul data yang digunakan untuk menemukan data masalah atau kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi klien. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Menggunakan rumus analisa individual :
× 100%
Dimana : nm = jumlah item yang menjadi masalah
                N   = jumlah item dari topik masalah
Kemudian ditransformasikan kedalam predikat A, B, C, D, dan E sebagai berikut:
0 %                     : A (sangat baik)
1 % - 20 %         : B (baik)
21% - 25 %        : C (cukup)
26 % - 50 %       : D (kurang)
51 % - 100%      : E (kurang sekali)

Adapun hasil yang diperoleh dari item yang dicek pada setiap aspek masalah dari problem check list sebagai berikut:
a.       Aspek Perkembangan dan  Kesehatan Jasmani (Masalah I)
·         Terlalu berat badan
·         Mata lelah
·         Kurang memperoleh udara segar dan sinar matahari
·         Kurang tidur
·         Terlalu pendek
·         Secara fisik tidak begitu menarik
·         Gangguan pada hidung
b.      Aspek Keuangan Lingkungan Pekerjaan (Masalah II)
·         Perlu belajar menabung
·         Tidak terlalu menggunakan uang secara bijaksana
·         Harus meminta uang kepada orangtua
·         Harus hati-hati dalam mengeluarkan uang
·         Ingin membeli banyak barang dengan uang sendiri

c.       Aspek Kegiatan Sosial dan Rekreasi (Masalah III)
·         Lambat berkenalan dengan orang lain
·         Sulit melangsungkan percakapan
·         Kurang kesempatan membaca apa yang disenangi
·         Ingin lebih banyak waktu untuk pribadi
·         Ingin belajar menghibur
·         Ingin memperbaiki penampilan saya
·         Tidak memanfaatkan waktu luang dengan baik
d.      Aspek Hubungan Pacaran dan Perkawinan (Masalah IV)
·         Canggung dalam berkencan
·         Tidak lancar bergaul dengan lawan jenis
·         Malu membicarakan masalah seks
e.       Aspek Hubungan  Sosial kejiwaan (Masalah V)
·         Ingin berkepribadian yang menyenangkan
·         Mengkwatirkan kesan orang lain kepada saya
·         Takut-takut
·         Terlalu mudah merasa malu
·         Merasa kesepian
f.       Aspek keadaan Pribadi dan Kejiwaan (Masalah VI)
·         Gugup
·         Khawatir
·         Malas
·         Sulit mengambil keputusan
·         Gagal dalam banyak hal yang saya coba kerjakan
·         Keras kepala
·         Terlalu banyak kesulitan pribadi
g.      Aspek Moral Sopan santun dan Agama (Masalah VII)
·         Tidak berbuat sesuai dengan nilai yang diidamkan
·         Orangtua menyebabkan saya ketempat ibadah
·         Ingin merasa dekat dengan allah
·         Ingin lebih memahami kitab suci
·         Takut bahwa tuhan akan menghukum saya
·         Tergoda untuk menyontek dikelas
·         Mempunyai suatu kebiasan buruk
h.      Aspek Keadaan rumah tangga dan Keluarga (Masalah VIII)
·         Khawatir tentang seorang anggota keluarga
·         Orangtua telalu banyak berkorban buat saya
·         Orangtua tidak memahami saya
·         Ibu
·         Ayah
·         Ingin lebih bebas dirumah
·         Tidak ingin meninggalkan rumah
i.        Aspek masa Depan Pendidikan dan Pekerjaan (Masalah IX)
·         Perlu mengetahui kemampuan kerja saya
·         Ingin berdiri sendiri
·         Menentukan pelajaran pilihan yang cocok untuk melanjutkan sekolah
·         Memperoleh latihan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan
·         Perlu membuat rencana untuk masa depan
·         Menaruh perhatian di dunia militer
j.        Aspek Penyesuaian terhadap tugas sekolah  (Masalah X)
·         Terlalu banyak absen disekolah
·         Sulit memberikan laporan secara lisan
·         Takut gagal dalam pelajaran sekolah
k.      Aspek kurikulum dan Prosedur Pengajaran  (Masalah XI)
·         Ingin mengikuti pelajaran yang tidak ada disekolah.
·         Terlalu sedikit kebebasan dalam kelas
·         Kurang kesempatan diskusi dalam kelas
·         Kurang buku baik diperpustakaan
·         Peraturan sekolah terlalu keras
·         Guru kurang memperhatikan siswa
·         Guru tidak ramah dengan siswa
·         Kegiatan sekolah tidak teratur
·         Siswa kurang diberi tanggung jawab
·         Waktu istirahat sekolah terlalu singkat
·         Acara kegiatan osis kurang baik



Berdasarkan hasil analisis daftar problem check list yang dikerjakan oleh klien, maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar Hasil Check List
Aspek Masalah
Jumlah
Kriteria
Item
Rumusan
Skor
I. Perkembangan dan  Kesehatan Jasmani
7
7/ 30 × 100%
23%
C (Cukup)
II.    Keuangan Lingkungan Pekerjaan
5
5/ 30 × 100%
16.7 %
B (baik)
III.   Kegiatan Sosial dan Rekreasi
7
7/ 30 × 100%
23 %
C (Cukup)
IV.  Hubungan Pacaran dan Perkawinan
3
3/ 30 × 100%
10 %
B (Baik)
V.   Hubungan  Sosial kejiwaan
6
6/ 30 × 100%
20%
B (Baik)
VI.  keadaan Pribadi dan Kejiwaan
7
7/ 30 × 100%
23 %
C (Cukup)
VII. Moral Sopan santun dan Agama
7
7/ 30 × 100%
23 %
C (Cukup)
VIII. Keadaan rumah tangga dan Keluarga
6
6/ 30 × 100%
20%
B (baik)
IX.  Masa Depan Pendidikan dan Pekerjaan
6
6/ 30 × 100%
20 %
B (baik)
X.   Penyesuaian terhadap tugas sekolah 
3
3/ 30 × 100%
10%
B (baik)
XI.  Kurikulum dan Prosedur Pengajaran 
11
11/ 30 × 100%
36.7%
D (Kurang)

Dari hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa konseli AJ memiliki gangguan  yang cukup serius dalam aspek masalah kurikulum prosedur pengajaran.

4.      Check List Kebiasaan Belajar
            Adapun teknik menganalisa dari Check List ini adalah :
a.   Menjumlahkan  nilai A yang dilingkari oleh responden. Dimana A bernilai 1, sedangkan B bernilai 0. Rumus untuk memperoleh persentase kesulitan belajar adalah sebagai berikut :
                                   Jumlah skor siswa
                      Jadi        =                                                  x  100 %
                                        Jumlah item

b.   Mengkonversikan persentase masalah dengan predikat nilai A, B, C, D, E. Konversi itu :
·         0 %                                 =       A   ( Baik Sekali )
·         10 % - 20 %                   =       B   ( Baik )
·         30 % - 40 %                   =       C   ( Cukup Baik )
·         50 % - 70 %                   =       D   ( Kurang )
·         80 % - 100 %                 =       E    ( Kurang Sekali )

            Adapun hasil analisis Check List kebiasaan belajar dari konseli “AJ” adalah   sebagai berikut :
No
Nilai

No
Nilai
1
0
21
0
2
0
22
1
3
0
23
0
4
0
24
1
5
1
25
1
6
1
26
0
7
0
27
1
8
0
28
1
9
0
29
0
10
0
30
0
11
0
31
1
12
0
32
1
13
0
33
0
14
0
34
0
15
0
35
0
16
1
36
0
17
1
37
0
18
0
38
1
19
0
39
0
20
1
40
0
Jumlah
13

            Sesuai dengan lembar jawaban dari data checklist kebiasaan belajar, konseli melingkari “A” pada item-item permasalahan yang diajukan sebanyak 13.

                  Jumlah skor siswa
Jadi            =                                                       x  100 %
                      Jumlah item


                                 13
                  =                                                       x  100 %
                               40

                  =      32.5 %
      Dengan demikian konseli dianggap sedikit bermasalah sehubungan dengan kebiasaan belajarnya, dengan predikat berada pada nilai C yaitu Cukup baik. Berdasarkan hasil analisis data, maka konseli KURANG Mengalami  masalah dalam kebiasaan konsentrasi dan kebiasaan umum serta sikap dalam bekerja.









BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN KASUS
A.    Gambaran dan Latar Belakang Kasus
Gambaran dan latar belakang kasus dapat diperoleh melalui sintesis. Sintesis merupakan kegiatan menghubungkan dan merangkum data sehingga tampak jelas hal-hal yang melatarbelakangi adanya suatu masalah yang dihadapi oleh klien sebagaimana yang dipaparkan pada uraian sebelumnya yakni pada tahap-tahap analisis.
Dari hasil yang diperoleh mengenai klien melalui berbagai teknik pengumpulan data pada bagian analisis, maka praktikan akan menguraikan data yang sifatnya mendukung dan menghambat masalah klien sebagai berikut:
1.      Konstruktif (Mendukung)
v  Klien bersifat terbuka dalam mengemukakan masalahnya
v  Klien menyadari kebiasaan dalam belajar yang kurang baik, utamanya dalam mengatur waktu belajar yang tidak tepat.
2.      Destruktif (Menghambat)
v  Perhatian orang tua kurang
v  Kadang  mengalami kesukaran dalam berkonsentrasi pada materi pelajaran
v  Tidak mempunyai waktu belajar yang cukup (tidak punya jadwal belajar)
v   Kadang  kesulitan dalam memahami materi pelajaran
v  Lebih banyak waktu bersantai (jalan-jalan) dari pada belajar.
v  Persentase kehadirannya yaitu sering terlambat kesekolah karena sering begadang semalaman



B.     Diagnosis dan Lokalisasi Masalah
Berdasarkan hasil sintesis yang diperoleh dari berbagai macam pengumpulan data maka berikut ini akan dikaji diagnosis atau hal yang menyebabkan klien mengalami masalah belajar.
Adapun uraian diagnosis berdasarkan data yang telah dikumpul oleh praktikum adalah sebagai berikut:
1.      Konseli kurang memahami cara belajar yang efektif.
2.      Konseli kurang memahami pengelolaan waktu yang baik
3.      Konseli kurang memahami bagaimana mengatasi kelemahan diri.
4.      Konseli kurang mendapatkan perhatian dari orang tua.
5.      Konseli tidak memiliki jadwal belajar di rumah sehingga dia tidak bisa mempunyai waktu belajar yang teratur.
6.      Akibat tidak adanya jadwal belajar di rumah, sehingga membuat dia kadang malas belajar dan waktunya kadang lebih banyak digunakan untuk kegiatan lain seperti jalan-jalan, begadang daan nonton bola.
C.    Prognosis
Berdasarkan hasil diagnosis terhadap masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya tingkat belajar klien ini akan diuraikan kemungkinan-kemungkinan pemberian bantuan. Pemberian bantuan berdasarkan latar belakang penyebab masalah itu muncul. Kemungkinan-kemungkinan pemberian bantuannya adalah sebagai berikut:
  1. Memberikan bimbingan belajar dan pribadi berupa :
Ø  Pemberian informasi cara belajar efektif
Ø  Informasi tentang Pengelolaan Waktu Belajar
Ø  Informasi tentang Memahami dan Mengatasi Kelemahan Diri.
  1. Melaksanakan Teknik konseling  yaitu Modelling Simbollis yang akan dilakukan dengan membantu konseli dalam upaya memodifikasi pikiran, sikap, dan keyakinan yang dimiliki dengan berdasarkan dengan apa yang ia lihat atau ia dengar . melalui simbol atau gambar dari benda aslinya dan dipertunjukkan pada klien seperti melalui biografi tokoh muda sukses. Dalam hal ini, praktikum akan berusaha membantu agar konseli (AJ) dapat meningkatkan prestasi belajar.
















BAB V
PELAKSANAAN LAYANAN BANTUAN

A.    Jenis Bantuan yang Diberikan
Usaha pemberian bantuan tidak begitu saja dapat dilaksanakan, akan tetapi diperlukan perencanaan yang lebih cermat karena tidak menutup kemungkinan bahwa tidak semua bantuan akan terlaksana dengan baik karena adanya kendala/ hambatan yang bisa saja terjadi.
Adapun usaha pemberian bantuan yang telah direncanakan untuk memecahkan masalah klien adalah :
1.      Bantuan melalui bimbingan
Ø  Pemberian informasi cara belajar efektif
Ø  Informasi tentang Pengelolaan Waktu belajar
Ø  Informasi tentang memahami dan mengatasi Kelemahan Diri
2.      Bantuan melalui konseling
Dalam rencana pemberian bantuan melalui konseling ini, praktikan akan mencoba memberikan bantuan yaitu dengan Pemberian teknik modeling simbollis, yaitu teknik yang digunakan dapat mengajarkan konseli tingkah laku yang sesuai, mempengaruhi sikap dan nilai-nilai,dan mengajarkan keterampilan-keterampilan melalui simbol atau gambar dari benda aslinya dan dipertunjukkan pada klien seperti melalui biografi tokoh muda sukses. Dengan modeling simbolis, dapat memodifikasi pikiran, sikap, dan keyakinan yang dimiliki konseli dengan berdasarkan dengan apa yang ia lihat atau ia dengar .
           


B.  Pelaksanaan Layanan Bantuan
Setelah rencana bantuan ditetapkan maka selanjutnya diberikan bantuan sebagai berikut :
1.        Melalui Bimbingan Pribadi
Ø  Pemberian informasi cara belajar efektif
Ø  Informasi tentang Pengelolaan Waktu belajar
Ø  Informasi tentang memahami dan mengatasi Kelemahan Diri
2.        Pemberian Konseling
Melakukan konseling dengan teknik Modelling Simbollis dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Rasional tentang penggunaan strategi ini, yaitu dengan menggunakan media tertentu yakni biografi tokoh muda sebagai model, lalu konseli melihat dirinya sendiri agar dapat meniru tokoh muda tersebut dalam meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah .
2.      Pemberian informasi kepada siswa tentang alasan pemberian modeling   simbolis yang memungkinkan siswa dapat mengikuti berbagai kegiatan dengan penuh motivasi.
3.      Pemberian modeling simbolis dengan menggunakan model yang dinilai efektif dalam menampilkan tingkah laku yang diinginkan.
4.      Pemberian latihan berdasarkan dari hasil kegiatan pemberian modeling  sehingga siswa dapat lebih meningkatkan kemampuannya menghadapi atau mengatasi masalah.
5.      Menerima balikan dari hasil kegiatan yang bersumber dari siswa.
6.      Ringkasan kegiatan hasil modeling simbolis yang memungkinkan dapat mengukur sejauhmana keberhasilan pemberian modeling simbolis.


C. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai dalam pelaksanaan studi kasus ini. Dalam evaluasi ini dapat dilihat dari segi keberhasilan dan tidak keberhasilannya.
1.        Keberhasilan
a.       Konseli mau bekerja sama  dan terbuka dalam mengemukakan permasalahan yang dihadapinya.
b.      Konseli menyadari kesalahan dan kelemahannya, dan ia ingin memperbaikinya
c.       Konseli nampaknya sudah mampu berpikir positif dalam setiap tindakan yang dilakukannya.
2.        Kegagalan
Mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki oleh praktikan sehingga masih terdapat beberapa kekurangan kegiatan, yaitu praktikan belum memberikan layanan konseling secara mendalam, akan tetapi praktikan sudah memberikan usaha yang sangat maksimal demi kelancaran dari kegiatan studi kasus ini.
D.  Penilaian Hasil Layanan
Berdasarkan beberapa tahap yang dilakukan maka selanjutnya diadakan follow up atau penilaian untuk mengetahui sejauh mana perubahan-perubahan yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
1.        Secara langsung, dilakukan oleh penulis dengan melakukan pengamatan langsung kehidupan sehari-harinya di sekolah.
2.        Secara tidak langsung, yaitu penulis memperoleh informasi dari orang-orang yang ada di sekitar konseli (teman, dan guru pembimbing)
Berdasarkan follow up dan penilaian yang diberikan, penulis telah melihat perubahan-perubahan yang terjadi yang terangkum dalam 2 aspek berikut:
a.    Aspek Keberhasilan :
  1. Klien dengan senang hati mendengarkan bimbingan dan arahan dari praktikan (kakak pembimbingnya).
  2. Klien yang pada mulanya kadang datang terlambat ke sekolah sudah berubah. Terbukti dengan setiap harinya, klien datang tepat waktu ke sekolah.
  3. Klien sudah menyadari bahwa selama ini, dia kadang cuek (acuh tak acuh)  dan malas terhadap pelajarannya ternyata membawa dampak negatif  bagi dirinya dan klien ingin segera merubah kebiasaan buruknya itu.
  4. Klien sudah menyadari bahwa segala kekurangannya akan dia jadikan sebagai sebuah motivasi untuk lebih mengembangkan potensi yang dimilikinya
b.  Aspek Ketidakberhasilan :
Pemberian bantuan yang diberikan belum mencapai taraf optimal karena dibatasi waktu yang sangat terbatas sehingga kurang  mencapai hasil yang optimal.











BAB VI
PENUTUP
A.    Hasil yang telah dicapai
Beberapa tahap dalam pelaksanaan studi kasus ini telah dilaksanakan, maka selanjutnya diadakan tindak lanjut (follow up) atau kegiatan penilaian untuk mengetahui sejauh mana perubahan-perubahan yang telah terjadi. Tahapan ini akan dialaksanakan dengan melakukan pengamatan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Adapun hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:
1.       Klien terlihat tidak ragu lagi untuk berbicara dengan praktikan. Dia selalu bersedia untuk terbuka dengan masalahnya baik itu menyangkut masalah yang menyangkut orang tua, teman-temannya, pelajarannya.
2.       Klien tidak pernah lagi datang terlambat ke sekolah
3.       Klien sudah mulai menyadari sikap malas, cuek atau acuhnya dalam belajar ternyata membawa dampak negatif, jadi klien berjanji untuk mengubah (memperbaiki) kebiasaan belajarnya selama ini.

B.     Faktor pendukung dan penghambat
Dari hasil yang diperoleh mengenai klien melalui berbagai teknik pengumpulan data pada bagian analisis, maka praktikan akan menguraikan data yang sifatnya mendukung dan menghambat masalah klien sebagai berikut:
1. Konstruktif (Mendukung)
a)      Pada dasarnya konseli mempunyai kemampuan bergaul yang normal
b)      Konseli mempunyai niat untuk memperbaiki dirinya,
c)      Konseli cukup aktif bergaul dengan teman-teman di luar kelasnya
d)     Klien memiliki kesehatan yang baik
2. Destruktif (Menghambat)
a)      Kurangnya waktu untuk berkomunikasi dengan konseli.
b)      kurang mendapatkan perhatian dari orang tua.
c)      Klien tidak mempunyai jadwal belajar,
d)     Klien lebih banyak menggunakan waktu untuk jalan-jalan daripada belajar.
C.    Rekomendasi tindak lanjut
Berdasarkan beberapa uraian sebelumnya, maka perlu direkomendasikan atau ditindak lanjut  dan mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1.      penulis mengharapkan kepada guru pembimbing untuk mengamati lebih lanjut tentang perkembangan konseli serta selalu mengikuti perkembangan kemajuan kondisi pribadi dan kejiwaan konseli
2.      Dalam proses belajar mengajar, wali kelas hendaknya memperhatikan dan memotivasi konseli untuk lebih memperhatikan pelajaran.
3.      Pihak keluarga khususnya otang tua diharapkan agar informasi tentang konseli di rumah dapat dikontrol dan mengusahakan terjalinnya komunikasi dengan anak pada saat tertentu serta membimbing dan mengarahkan agar anak merasa diperhatikan dan tidak mudah terpengaruh oleh hal yang tidak bertanggung jawab.
4.      Kepada konseli diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan tanpa sungkan untuk berkonsultasi kepada guru pembimbing atau guru-gurunya di sekolah. Kerjasama antara guru pembimbing, guru wali kelas serta guru guru bidang studi dapat menjadi senjata yang ampuh untuk membantu konseli menyelesaikan masalahnya, sehingga konseli dapat meningkatkan kepercayaan diri dan masalah pribadi yang menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli. 1983. Teknik Pemahaman Individu (Teknik Non-Testing). Makassar: FIP-IKIP.

Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT. Refika Aditama.
Daruma A. R, Samad. S, Sofyani. S. 2002. Studi Kasus. Makassar : FIP-Universitas Negeri Makassar. 
Daruma A. R. 2003. Penggunaan Tes Psikologis. Makassar : FIP- Universitas Negeri Makassar.
Google.com
Prayitno. 2006. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sahabuddin. 1999. Mengajar dan Belajar. Makassar : Badan Penerbit UNM.
Samijo dan Mardiani. 1985. Bimbingan Belajar dalam rangka penerapan SKS dan pola belajar yang efisien. Bandung : Penerbit Armico.

Siahaan, H. 1986. Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak. Bandung : Penerbit Angkasa.
Slameto. 1987. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bandung : Rineka Cipta.

Wikipedia.com



3 komentar:

  1. sangat membantu sekali#trima kasih

    BalasHapus
  2. saya boleh gak dikasi angket check list kebiasaan belajarnya, sama cara skoringnya ya boleh?? tk

    BalasHapus
  3. terima kasih artikelnya sangat membantu, kebetulan kami juga bergerak di bidang pengembangan aplikasi khususnya untuk absensi sekolah berbasis sms gateway terhubung langsung dengan HP orang tua, cocok juga untuk absensi pegawai kantor, untuk lebih jelasnya silahkan hubungi website kami www.schoolmantic.com

    BalasHapus