BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dimasa yang sudah serba modern sekarang ini banyak membawa
perubahan dan perkembangan di segala aspek kehidupan manusia. Keadaan inilah
yang membuat manusia merasa tertantang untuk bisa menyesuaikan diri dengan
keadaan ini.
Perubahan-perubahan yang terjadi kadangkala membawa masalah
dalam segala aspek kehidupan manusia seperti masalah pribadi, masalah
keluaraga, masalah pendidikan dan masih banyak lagi masalah yang bisa timbul.
Dengan adanya permasalahan yang muncul maka individu berusaha
untuk menyesuaikan diri dan menyelesaikan permasalahan itu sendiri. Ada
individu yang mampu untuk menanganinya dan adapula yang kurang mampu untuk
menanganinya. Penulis berusaha untuk membantu menganalisis dan memecahkan
masalah yang kemungkinan besar di sekolah ada siswa yang mengalami permasalahan
yang berkaitan dengan pendidikannya.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah, indikator
yang paling penting adalah hasil belajar. Dimana hasil belajar itu merupakan
nilai atau skor yang diperoleh siswa setiap semester. Akan tetapi, nilai yang
diperoleh siswa ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa mengalami hambatan atau kesulitan dalam proses
belajarnya dan implikasinya adalah rendahnya prestasi belajar siswa.
Kegiatan
bimbingan dan koseling merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan(Prayitno,
1997).
Bimbingan
dalam rangka mengembangkan kepribadian siswa dimaksudkan agar dapat mengenal
kekuatan dan kelemahan dirinya serta menerimanya secara positif dan dinamis
sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenali lingkungan
dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara obyektif lingkungan, baik
lingkungan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan fisik, dan lainya dan mampu
menerima kondisi lingkungan secara positif dan dinamis. Sedangkan bimbingan
dalam rangka merecanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didk mampu
mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri,
baik yang menyangkut pendidikan, karir, maupun budaya kemasyarakatan. Dengan
kegiatan bimbingan diharapkan siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan
perkembangan dirinya, membantu membuat interpretasi terhadap fakta-fakta yang
berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian sosial.
Dalam rangka membantu siswa yang mengalami masalah maka
diperlukan suatu tindakan secara sistematis, dinamis dan konstruktif agar
diperoleh penanganan yang baik sehingga diharapkan mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh siswa/klien. Dalam hal ini, metode yang diberikan adalah
studi kasus. Proses ini dimulai dari identifikasi masalah kemudian dilakukan
diagnosis dan selanjutnya diadakan prognosis yaitu kemungkinan-kemungkinan
bantuan yang akan diberikan sesuai masalah yang dihadapi. Setelah itu, akan
diberikan treatment atau tindakan pemberian bantuan serta tindak lanjut. Dengan
melalui tahap-tahap tersebut maka yang akan dibahas dalam laporan ini adalah Penyesuain
Diri dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Siswa dan Pemecahannya melalui
Penerapan Teknik Modeling Simbolis. (Studi Kasus Pada Seorang Siswa Kelas XI
IPA 1 di SMA Negeri 22 Makassar).
B.
Tujuan Pelaksanaan Studi Kasus
Berdasarkan latar belakang
diatas maka tujuan pelaksanaan studi kasus ini dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus, yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan Secara Umum
a.
Untuk tujuan riset sebagai metode studi
kasus yang bermanfaat untuk mengumpulkan data.
b.
Dapat dipakai sebagai dasar untuk
diagnosis dan trearment masalah khusus.
c.
Untuk membantu subyek mencapai
perkembangan yang baik.
d.
Untuk meningkatkan pemahaman tentang
studi kasus.
2. Tujuan Secara Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran siswa tentang
faktor-faktor yang mengakibatkan prestasi belajar rendah dan
keterlambatan siswa datang ke
sekolah.
b. Untuk mengetahui permasalahan apa yang
mengakibatkan siswa memperoleh prestasi belajar rendah di SMA Negeri 22 Makassar.
c. Untuk memecahkan/mengatasi masalah Prestasi
Belajar Rendah dan keterlambatan siswa ke sekolah.
C. Konfidensial
Salah
satu kode etik petugas bimbingan konseling adalah menjaga kerahasiaan dalam
pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan sebagai profesi dan
efektivitas proses dan hasilnya untuk memenuhi tuntutan optimalisasi proses dan
hasil penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.
Kaedah-kaedah atau asas bimbingan
dan konseling yaitu ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelennggaraan
layanan tersebut. Asas yang pertama dan utama adalah asas kerahasiaan sebagai
kode etik jabatan konselor untuk menghasilkan segala sesuatu yang dibicarakan
oleh konseli kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain,
terutama tentang data pribadinya.
Oleh karena asas kerahasiaan
tersebut perlu diperhatikan sebagai kunci dalam usaha pemberian bantuan
bimbingan dan konseling, sebab bila tidak dilaksanakan maka kepercayaan konseli
kepada konselor akan hilang dan akhirnya konseli akan tertutup dan bahkan
konseli tidak mau meminta bantuan sebab khawatir masalah diri mereka menjadi
perhatian orang lain, jika hal iu terjadi maka kasus tidak terselesaikan untuk
menjaga kemungkinan itu terjadi, konselor harus mengikuti kode etik jabatan
konselor.
D. Identifikasi Kasus
Pemilihan
kasus didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain yaitu dari rekomendasi
guru BK tentang siswa yang bermasalah, melihat hasil prestasi belajarnya
rendah, maka penulis menetapkan salah seorang siswa yang dianggap mempunyai
masalah, yaitu prestasi belajar yang rendah. Siswa yang teridentifikasi yaitu
sebagai berikut :
1. Nama samaran : AJ
2.
Jenis Kelamin : Laki-laki
3.
TTL :
Ujung Pandang, 03 Juni 1995
4.
Agama :
Islam
5.
Umur :
16 tahun
6.
Pendidikan : SMA
7.
Kelas :
XI IPA-1
8.
No. Stambuk : -
9.
Alamat rumah : Hartaco,Daya,
Sudiang Raya
10.
Suku : Bugis
11.
Warga Negara : Indonesia
12.
Alamat sekolah : Jln.
Pajjaiyang Komp.KOR/KNPI Sudiang
13.
Keterangan pendidikan :
a. Sekolah Dasar
- Umur : 7 tahun
- Lama
belajar/tahun : 6 tahun / 2007
- Sekolah : SD. Negeri Pajjaiyang
b. SMP
- Umur : 13 tahun
- Lama belajar/tahun : 3 tahun / 2010
- Sekolah : Immim Putra Makassar
c. SMA
- Umur : 16 tahun
- Lama belajar : Sementara
- Sekolah : SMAN 22 Makassar
14. keterangan
tentang orang tua/wali
a. Identitas ayah:
Nama Lengkap : Wirawan Rusdi
Alamat Lengkap : Hartako Indah
Pekerjaan : TNI-AD
Pendidikan : -
Agama : Islam
Suku : -
b. Identitas Ibu :
Nama Lengkap : Artina
Alamat Lengkap : Hartako Indah
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : -
Agama : Islam
Suku : Bugis
15. Keterangan kesehatan :
a. Penglihatan : Normal
b. Pendengaran : Normal
c. Penciuman : Normal
d. Peraba : Normal
e. Penyakit yang pernah diderita : -
16. Keterangan
lain-lain :
a. Keadaan jasmani
§
Tinggi badan
: 167 cm
§
Berat badan :
50 kg
§
Warna kulit :
Sawo matang
b. Penampilan
§
Ekspresi wajah :
Cukup ramah
§
Perangai :
Sopan dan Humoris
§
Kerapian :
Cukup baik
§
Suara :
Serak
§
E. Gambaran Umum Tentang Kasus
Berdasarkan data dari informasi yang telah diperoleh selama Praktek Studi
Kasus di SMA Negeri 22 Makassar, maka gambaran umum tentang kasus jika dilihat
dari penampilan fisik dan psikisnya, sebagai berikut:
1.
Penampilan Fisik
Sesuai dengan pengamatan penulis, cara berpakaian klien cukup rapi,tapi kadang bajunya keluar sedikit, cara
jalannya agak Cepat sedikit, berpenampilan sederhana, keadaan tinggi badan 167
cm, kulit sawo matang, dan wajah manis.
2.
Penampilan Psikis
Menurut pengamatan penulis, anak tersebut cukup aktif dalam bergaul, anak
tersebut tidak hanya terlihat akrab dengan teman-teman kelasnya, dan juga
dengan anak dari kelas lain dan juaga dengan gurunya.
F. Alasan Memilih Kasus
1.
Bagi penulis
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan penulis
sehingga mengangkat masalah klien ini menjadi studi kasus, antara lain :
-
Kadang
suka datang terlambat ke sekolah
-
Sering
begadang saat larut malam
-
Karena
pengaruh orang tua, dimana kedua orang tuanya hubungannya senjang,biasanya
konseli tinggal bersama ayahnya,biasa juga tinggal bersama ibunya. ( Broken
Home ).
-
Memiliki
Prestasi belajar Rendah dan menurun di kelasnya
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan praktikan untuk mengangkat
masalah klien menjadi studi kasus, diantaranya yaitu :
1.
Dari hasil wawancara dengan konselor bahwa keluarga
konseli ( Broken Home ). Konseli biasa tinggal bersama ayahnya, juga biasa
tinggal bersama ibunya.
2.
Konseli
juga sering terlambat kesekolah akibat sering begadang setiap malam akibat
tidak adanya perhatian dari orang tua.
3.
Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka guru pembimbing menyarankan agar menangani klien
tersebut, untuk mengetahui penyebab anak tersebut memiliki prestasi belajar
rendah di kelasnya dan keterlambatannya ke sekolah.
Selain itu, konselor merasa
tertarik dalam memilih kasus ini karena di dasari oleh motif tertentu yakni:
1.
Bagi Guru Pembimbing
a.
Agar terampil mengidentifikasi siswa yang diduga
mengalami masalah.
b.
Agar guru pembimbing terampil menggunakan dan
melaksanakan konseling secara individual dan secara kelompok.
c.
Agar guru pembimbing terampil menilai efektifitas
konseling beserta kegiatan dan tindak lanjutnya.
2.
Bagi siswa/klien
a.
Klien tersebut dapat memahami dirinya dan permasalahan
yang dialaminya dapat terselesaikan.
b.
Klien tersebut dapat lebih terampil mengambil sikap
dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
c.
Mampu menyesuaikan diri dengan tata tertib yang berlaku
di sekolah dan menghargai guru, staf sekolah lainnya beserta siswa
3.
Bagi sekolah
Kegiatan ini dapat membantu siswa yang menghadapi permasalahan sehingga
personil sekolah dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Hasil dari kegiatan
ini dalam bentuk studi kasus yang berisi data siswa dapatlah menjadi dokumen
yang siap digunakan setiap saat dibutuhkan dan kegiatan ini membawa pengaruh
positif bagi sekolah yang bersangkutan di mana secara umum siswa yang dibantu
akan mendapatkan pelayanan administrasi dan psikologi yang kemudian akan
memberikan pengaruh terhadap prestasi sekolah yang bersangkutan.
Berdasarkan gambaran gejala di atas maka penulis merasa perlu membantu
siswa yang bersangkutan (adanya persetujuan dengan konselor di sekolah) dengan
menggunakan teknik studi kasus dengan harapan agar:
a.
Penulis terampil dalam mengidentifikasi siswa yang
dianggap mengalami masalah.
b.
Penulis terampil melaksanakan konseling individual
c.
Penulis menjadi terampil menggunakan teknik studi kasus
sebagai salah satu metode yang efektif dalam penelitian.
2.
Bagi siswa
Dengan adanya penanganan kasus melalui studi kasus ini, maka siswa yang
bersangkutan diharapkan:
a.
Siswa tersebut dapat menerima dirinya dan memahami
masalah yang sedang dihadapinya.
b.
Siswa yang bersangkutan dapat merubah sikap (tingkah
lakunya yang negatif).
c.
Siswa yang bersangkutan dapat mengambil keputusan
sendiri dalam memecahkan masalahnya
3.
Bagi sekolah
Hasil dari studi kasus ini berisi
hal-hal yang berhubungan dengan siswa yang dilengkapi dengan data-datanya. Ini bisa menjadi dokumen yang bisa digunakan
suatu saat nanti jika dibutuhkan
BAB II
DASAR DAN KERANGKA KONSEPTUAL PENGKAJIAN KASUS
A.
Teori Dasar/Landasan Konseptual yang Digunakan
1. Konsep
Dasar Modeling Simbolis
a. Pengertian Modeling Simbolis
Aktivitas sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari aspek emosional yang
terkait dengan perasaan senang, takut, gelisah, marah, jengkel, dan sebagainya. Berbagai cara mengubah keadaan dirinya
berkaitan dengan emosionalnya, baik dengan mengkonsumsi obat-obatan maupun
melalui konseling . Salah satu cara yang dapat ditempuh melalui konseling
adalah teknik modeling atau pemberian contoh. Modeling adalah metode untuk
menghasilkan perilaku baru (Gasda, 1989: 93 dalam Mahmud 2005: 51).
Pengertian
lain dari Cormier dan Cormier, 1985 dalam Mahmud 2005 bahwa modeling adalah prosedur dengan mana orang dapat belajar perilaku yang diharapkan
melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain.
Menurut
Abimanyu, S. & Manrihu, T. (1996) mengutarakan :
“Modeling simbolis, modelnya disajikan
dalam bentuk material tertulis, rekaman audio atau video, film atau slide yang
dikembangkan untuk klien perorangan atau untuk kelompok. Suatumodel simbolis
dapat mengajarkan klien tingkah laku yang sesuai, mempengaruhi sikap dan
nilai-nilai,dan mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial melalui simbol
atau gambar dari benda aslinya dan dipertunjukkan pada klien melalui alat-alat perekam seperti tersebut di
atas” .
Berdasarkan
pendapat di atas berkaitan dengan modeling simbolis, maka pada hakikatnya
modeling simbolis merupakan suatu prosedur pemberian bantuan kepada orang lain
(konseli) dalam upaya memodifikasi pikiran, sikap, dan keyakinan yang dimiliki
dengan berdasarkan dengan apa yang ia lihat atau ia dengar .
Bandura
(1969) dalam Abimanyu, S. & Manrihu, T. (1969) membuktikan bahwa
model-model simbolik telah digunakan dan berhasil dalam berbagai situasi.
Konseli yang mengalami rasa takut yang kemudian disuruh mengamati suatu model atau model-model yang berhasil
menghadapi situasi-situasi ketakutan tanpa akibat negatif, maka konseli itu
kemudian dapat mengurangi dan menghilangkan rasa ketakutannya.
b.
Karakteristik Modeling
1)
Menggunakan model, baik model langsung maupun
simbolis.
2)
Konseli belajar mengobservasi.
3)
Menghapus hasil belajar yang maladaptif dengan belajar
tingkah laku yang lebih adaptif.
4)
Konselor memberi balikan segera dalam bentuk
komentar atau saran.
c. Tujuan Modeling
1)
Untuk perolehan tingkah laku sosial yang lebih
adaptif.
2)
Agar konseli bisa belajar sendiri menunjukkan
perbuatan yang dikehendaki tanpa harus belajar lewat trial and error.
3)
Membantu konseli untuk merespon hal-hal yang baru.
4)
Melaksanakan respon-respon yang semula terhambat/
terhalang.
5)
Mengurangi respon-respon yang tidak layak.
d. Asumsi
Dasar
1) Belajar bisa diperoleh melalui
pengalaman langsung. Bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati
tingkah laku orang lain berikut konsekuensinya.
2) Bahwa segenap tingkah laku
adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika
tingkah laku neurotik learned, maka bisa unlearned (dihapus dari ingatan) dan
tingkah laku yang lebih efektif bisa
diperoleh.
e. Prinsip
1)
Pemberian pengalaman-pengalaman belajar sebagai
proses penghapusan hasil belajar yang maladaptif.
2)
Model sebagai stimulus terjadinya pikiran, sikap,
dan perilaku bagi pengamat (konseli).
3)
Individu (konseli) mengamati model (tingkah laku
yang nampak dan spesifik) kemudian diperkuat untuk mencontohnya.
4)
Status dan kehormatan model amat berarti, karena
keberhasilan teknik tergantung pada persepsi konseli terhadap model yang
diamati.
5)
Adegan yang lebih dari satu dapat menggambarkan
situasi-situasi berbeda dimana tingkah laku ketegasan biasanya diperlukan.
f. Manfaat Modeling
1)
Memberikan pengalaman belajar yang bisa dicontoh
konseli.
2)
Menghapus hasil belajar yang tidak adaptif.
3)
Memperoleh tingkah laku yang lebih efektif
4)
Mengatasi gangguan-gangguan keterampilan sosial,
gangguan reaksi emosional dan pengendalian diri.
g. Jenis-Jenis Modeling
Cormier dan Cormier (1985: 216) mengemukakan bahwa: ada enam jenis modeling,
yaitu:
1)
Modeling Langsung
Adalah cara untuk mempelajari keterampilan atau tingkah laku yang
dikehendaki melalui contoh langsung yang dilakukan oleh konselor, guru, teman,
konseli,atau model yang lainnya.
2)
Modeling Simbolis
Strategi yang digunakan untuk mempelajari respon baru atau menghilangkan
rasa takut di mana modelnya disajikan melalui material tertulis, audio, atau
video tape, film, dan juga rekaman slide.
3)
Modeling Diri Sendiri
Diri sendiri sebagai model adalah strategi yang digunakan untuk
mempelajari respon baru atau rasa takut dengan menggunakan konseli sendiri
sebagai model.
4)
Modeling Partisipan
Berasumsi bahwa unjuk kerja seseorang yang sukses adalah alat yang
efektif untuk menghasilkan perubahan. Model partisipan ini terdiri dari
demonstrasi model, latihan terbimbing, dan pengalaman-pengalaman yang sukses.
5)
Modeling Tersembunyi
Adalah prosedur dimana konseli mengimajinasikan suatu model yang
memperagakan tingkah laku dengan menggunakan instruksi-instruksi. Prosedur
modeling tersembunyi berasumsi bahwa perbuatan yang sebenarnya atau yang
simbolis yang ditampilkan oleh suatu model tidak diperlukan, karena konseli
diarahkan untuk mengimajinasikan tingkah laku seseorang yang dikehendakinya.
6)
Modeling Kognitif
Suatu prosedur di mana konselor menunjukkan seseorang tentang apa yang dikatakan pada dirinya
sendiri sewaktu orang itu melakukan suatu tugas.
h. Proses Pelaksanaan Modeling Simbolis
Pemberian modeling simbolis
harus dilakukan secara terencana dan sistematis sehingga dapat diperoleh hasil
optimal. Abimanyu, S. & Manrihu, T. (1996: 263-264)
mengemukakan bahwa proses pemberian modeling simbolis melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1.
Pemberian informasi kepada siswa tentang alasan
pemberian modeling simbolis yang memungkinkan
siswa dapat mengikuti berbagai kegiatan dengan penuh motivasi.
2.
Pemberian modeling simbolis dengan menggunakan model
yang dinilai efektif dalam menampilkan tingkah laku yang diinginkan.
3.
Pemberian latihan berdasarkan dari hasil kegiatan
pemberian modeling sehingga siswa dapat lebih meningkatkan kemampuannya
menghadapi atau mengatasi masalah.
4.
Menerima balikan dari hasil kegiatan yang bersumber
dari siswa.
5.
Ringkasan kegiatan hasil modeling simbolis yang
memungkinkan dapat mengukur sejauhmana
keberhasilan pemberian modeling simbolis.
i. Kelebihan dan
Kelemahan Modeling Simbolis
Modeling terdiri atas berbagai jenis, dan setiap jenis modeling tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak
terkecuali modeling simbolis yang juga memiliki kelebihan di samping
kekurangannya. Menurut Abimanyu dan Menrihu (1996), kelebihan modeling simbolis, yaitu :
1)
Modelnya
disajikan melalui material tertulis, rekaman audio atau video, film atau slide.
2)
Model
simbolis yang self instructional dapat dilaksanakan oleh klien tanpa
berhubungan dengan guru pembimbing.
3)
Dapat
langsung ditiru oleh klien terhadap apa yang dilihat.
Selain kelebihannya, modeling simbolis
juga memilliki kekurangan, yaitu :
1. Modeling simbolis kebanyakan hanya digunakan untuk
mengurangi situasi-situasi ketakutan.
2.
Sifat-sifat dari modeling
simbolis hendaknya harus sama dengan orang-orang yang menggunakan prosedur itu.
3.
Memerlukan
waktu yang cukup lama di dalam penggunaannya.
4.
Kadang-kadang
terjadi penilaian yang keliru.
j. Pertimbangan-Pertimbangan dalam
Penggunaan Modeling Simbolis
Menurut Abimanyu dan Menrihu (1996: 260), elemen-elemen yang
perlu dipertimbangkan dalam penggunaan modeling simbolis, yaitu: “ sifat-sifat
dari pemakai, tingkah laku tujuan yang menjadi model, media, isi dan
presentasi, dan testing lapangan dari model itu”.
Elemen-elemen
di atas diuraikan sebagai berikut:
1.
Sifat-sifat
dari pemakai
Yang menjadi pertimbangan pertama
dalam mengembangkan suatu model simbolis adalah sifat-sifat dari orang yang
akan di-treatment dengan model ini.
Misalnya umur, jenis kelamin, budayanya, sifat-sifat suku bangsanya, dan
masalah-masalah yang dihadapi orang itu. Sifat-sifat dari model simbolis
hendaknya sama dengan orang-orang yang akan menggunakan prosedur itu.
Sarason dan Sarason (1981) dalam
Abimanyu, S. & Manrihu, T. (1996) melaksanakan wawancara secara intensif
untuk mengukur keterampilan sosial apa yang diperlukan bagi siswa SMA yang
prestasinya rendah. Mereka mewawancarai guru, konselor, siswa, bekas siswa yang
putus sekolah dan pengusaha yang memperkerjakan siswa yang putus sekolah.
2.
Tingkah
laku-tingkah laku tujuan yang menjadi model
Tingkah laku tujuan atau apa yang
menjadi model hendaknya dispesifikasi. Konselor dapat mengembangkan seri-seri
model simbolis untuk memusatkan pada tingkah laku-tingkah laku yang berbeda atau pola tingkah laku kompleks dapat
dipecah-pecah dalam keterampilan yang lebih spesifik.
Suatu seri dari model-model yang dikembangkan
konselor hendaknya membentuk model itu dalam tiga pertanyaan, yaitu pertama
tingkah laku-tingkah laku apa yang dikehandaki? Kedua, perlukah tingkah laku-tingkah laku
atau aktivitas-aktivitas itu disusun
ke dalam urutan keterampilan-keterampilan yang kurang kompleks, dan Ketiga,
bagaimana hendaknya urutan keterampilan-keterampilan itu diatur?
3.
Media
Media-media yang dapat digunakan
dalam pelaksanaan modeling simbolis adalah mengemukakan model-model simbolis tertulis melalui buku
dalam bentuk contoh-contoh model, latihan praktis, dan umpan balik. Dapat
berupa film, rekaman video, audio, atau pemuatan dalam rekaman slide.
Pemilihannya pun tergantung di mana, dengan siapa, dan bagaimana model simbolis
itu akan digunakan.
4.
Isi
dan presentasi
Dalam penyajiannya, konselor
hendaknya mengembangkan suatu skrip untuk merefleksikan isi modeling yang
disampaikan. Ada 5 bagian hendaknya ada dalam skrip, yaitu :
a.
Instruksi-instruksi,
hendaknya mengikuti setiap tingkah laku atau uraian tingkah laku yang didemonstrasikan. Hal tersebut akan
membantu mengidentifikasi
komponen-komponen model yang disajikan. Instruksi itu dapat memfasilitasi perhatian terhadap
model itu dan dapat juga menggambarkan
tipe yang digambarkan model itu.
b.
Modeling,
mencakup deskripsi tentang tingkah laku atau kegiatan yang ditiru
dan kemungkinan dialog dari model yanng memuat tingkah laku
atau kegiatan yang tujuan itu. Hendaknya menyajikan pola-pola tingkah laku yang
kompleks dalam urutan keterampilan yang terencana.
c.
Latihan,
dalam model simbolis hendaknya dimungkinkan adanya kesempatan bagi konseli untuk berlatih tentang apa yang
baru mereka baca, dengar atau lihat
yang dikerjakan oleh model-model itu.
d.
Balikan,
setelah berlatih konseli diberi balikan dalam bentuk deskripsi tentang tingkah laku atau aktivitas. Hendaknya
diinstruksikan untuk mengulang
modeling itu dan mempraktekkanya lagi jika balikan menunjukkan adanya masalah.
e.
Ringkasan,
dalam kesimpulan dari skenario atau seri-seri tertentu, skrip hendaknya
mencakup suatu ringkasan tentang apa yang telah ditiru dan pentingnya
bagi konseli menguasai tingkah laku ini.
5.
Testing
lapangan dari model itu
Mencek skrip sebelum membuat model
simbolis adalah hal yang baik. Ini dapat dilakukan kepada beberapa orang atau
teman dari sasaran atau kelompok konseli. Bahasanya, urutannya, modelnya, waktu
latihannya, dan balikan, hendaknya diuji oleh pemakai sebelum model simbolis
akhir ditetapkan.
Dalam studi kasus ini akan digunakan modeling simbolis berupa material
tertulis berbentuk biografi tokoh muda.
2.
Prestasi Belajar
a.
Prestasi Belajar
Setiap manusia dalam melakukan suatu pekerjaan, pastilah
ingin mencapai suatu keberhasilan. Begitu juga dalam dunia pendidikan, setiap
siswa mengharapkan suatu keberhasilan dalam proses belajarnya. Dan itu semua
terealisasi dalam bentuk prestasi belajarnya di sekolah.
Menurut seorang ahli, yaitu Soetnah Saewando (1982: 41) yang
menyatakan bahwa prestasi belajar di sekolah (School Achievement) adalah
keberhasilan siswa dalam mempelajari bahwa pelajarannya di sekolah yang
diberikan oleh guru. Hasil itu dinyatakan dari hasil tes mengenai mata
pelajaran yang bersangkutan.
Dewa Ketut (1986: 89) menjelaskan bahwa prestasi adalah
penguasaan materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuninya oleh
individu berpengaruh terhadap arah pilihan pekerjaan di kemudian hari.
Sedangkan menurut Ambo Enre Abdullah (1987: 2) menjelaskan bahwa tinggi
rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa dapat menjadi indikator banyak
tidaknya pengetahuan dan kemampuan keterampilan yang dikuasainya dalam bidang
studi kegiatan kurikulum tertentu.
Selanjutnya Samijo dan Mardiani (1983: 19) menerangkan bahwa
penguasaan hasil belajar yang baik pada umumnya ditandai dengan adanya retensi,
internalisasidan transfer pada diri individu. Retensi merupakan kemampuan untuk
menyimpan pengalaman belajar sehingga hasil belajar permanen. Internalisasi
adalah hasil dari belajar yang menyatu dengan diri dan transfer adalah
kemampuan mengalihkan apa yang dipelajari kedalam situasi yang baru.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh
ahli, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang
nyata dari usaha, aktualisasi yang dilakukan oleh manusia setelah melakukan
proses belajar, dengan kata lain prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
oleh seseorang setelah melalui proses belajar.
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Usman (1993: 10), faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar seseorang adalah :
1)
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang.
Adapun bentuk dari faktor internal ini adalah:
a)Faktor jasmaniah
Ø
Faktor kesehatan.
Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap kondisi belajarnya.
Seseorang akan terganggu proses belajarnya bilamana keadaan fisik lelah,
pusing, kurang bersemangat dan masih banyak lagi gangguan kesehatan lainnya.
Ø
Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah suatu faktor yang dapat juga menghambat proses belajar
seseorang. Apabila seseorang itu buta, tuli, setengah buta dan masih banyak
lagi bentuk cacat lainnya yang bisa mempengaruhi proses belajar seseorang.
b)
Faktor Psikologis
Ø
Intelegensi
Intelegensi adalah tingkat kecerdasan seseorang. Bagi siswa yang memiliki
intelegensi yang kurang maka akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Ø
Perhatian
Jika menginginkan hasil belajar dengan baik, maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika tidak diperhatikan, maka
timbullah kebosanan sehingga tidak lagi suka belajar.
Ø
Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Jika seseorang termotivasi untuk belajar, maka dia dapat
mencerna dengan mudah pelajaran yang diberikan.
2)
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang.
Adapun bentuk dari faktor eksternal itu adalah :
a)
Faktor keluarga
Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang utama dan pertama karena di
dalam keluargalah seseorang pertama-tama menerima pendidikan dan sebagai bekal
dalam mengadakan interaksi dengan masyarakat sekitarnya. Pendidikan keluarga
diantaranya bersumber dari kedua orang tua, saudara, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga.
b)
Faktor sekolah
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam peningkatan pengetahuan subjek didik
pada lembaga pendidikan yaitu sekolah diantaranya : metode mengajar yang
diterapkan oleh pendidik, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, keadaan gedung, dan lain-lain.
c)
Faktor masyarakat
Faktor masyarakat juga berpengaruh terhadap belajar. Pengaruh itu terjadi
karena keberadaan di dalam masyarakat. Misalnya : teman bergaul, lingkungan
sekitar, dan lain-lain.
B.
Kerangka Pikir untuk Pengkajian Kasus
Ada berbagai macam permasalahan yang sering muncul dalam
kehidupan manusia termasuk dalam kehidupan remaja. Praktikan mendapatkan sebuah
permasalahan yang sedang dialami oleh siswa yang berdomisili di SMA Negeri 22
Makassar. Siswa tersebut mendapatkan nilai yang rendah ( motivasi belajar
rendah ). Berdasarkan hasil wawancara awal, siswa ini mengaku bahwa dia
memiliki prestasi belajar rendah karena kadang malas, tidak memiliki jadwal
belajar, waktunya lebih banyak di habiskan untuk kegiatan lain seperti
jalan-jalan, nonton dari pada belajar,kadang mengantuk saat belajar disekolah
akibat begadang.
BAB III
PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN
A.
Rancangan dan Prosedur Studi Kasus
Dalam upaya untuk memahami kasus ini secara detail dari
akibat terhadap diri klien, maka praktikan akan menyusun prosedur dan tahapan
dalam melaksanakan studi kasus yakni : identifikasi kasus yang telah dibahas
pada bab sebelumnya, identifikasi masalah dengan melalui analisis dan sintetis,
diagnosis dan prognosa. Dengan tahapan inilah diharapkan dapat memberikan
bantuan yang sesuai dengan masalah yang dibutuhkan oleh klien dan bagaimana
alternatif pemecahan yang akan diberikan dari gejala yang ditampakkan
(treatment). Dan selanjutnya dilakukan evaluasi serta tindak lanjut. Untuk
lebih jelasnya dapat dijelaskan pada bab berikutnya.
A.
Sumber dan Alat Pengumpulan Data
Dalam upaya untuk memahami kasus ini, maka di dalam melaporkan
data yang bersifat karya tulis ilmiah sangat memerlukan dan bahkan berdasarkan
pada informasi yang akurat sehingga dapat memperjelas masalah yang dihadapi
oleh klien. Untuk memperoeh data maka penulis menggunakan beberapa alat
pengumpulan data seperti: Angket,Angket Kebiasaan siswa, Tes Who Am I,
observasi di dalam kelas, observasi di luar kelas, wawancara, absensi siswa,
problem check list, dan Cek List kebiasaan belajar.
B.
Jaminan Konfidensial
Kegiatan ini dilaksanakan dalam usaha untuk meguasai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan dalam memberikan layanan konseling secara inidividual
serta pembuatan laporan studi kasus. Kegiatan studi kasus ini sebenarnya
relatif sama dengan kegiatan konseling
sehingga dapat dikatakan bahwa dengan ini merupakan awal bagi calon
konselor untuk selanjutnya dapat memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan
konseling yang sesungguhnya di lapangan.
Dengan tetap menjunjung tinggi kode etik Bimbingan Konseling,
praktikan membuat laporan studi kasus ini dengan tetap menjaga kerahasiaan
masalah klien sesuai dengan kode etik seorang konselor, maka penulis tidak
menerangkan dengan jelas nama klien. Adapun wujud dari laporan ini sama sekali
tidak bermaksud membeberkan rahasia atau masalah klien/siswa.
Semua data atau informasi yang menyangkut pribadi klien akan
dijamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, kasus ini hanya akan diberikan kepada
yang berwenang semata.
C.
Metode Analisis Data
1. Tes
“Who Am I”
Tes Who Am I adalah suatu alat pengumpulan
data yang berupa tes kepribadian yang dapat mengukur penyikapan seseorang
terhadap dirinya sendiri.
Tes ini terdiri atas 15 pertanyaan. Tiap pertanyaan terdiri dari 3 pilihan
jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), AS (Agak sesuai) dan ST (Sama sekali Tidak
Sesuai) dan masing-masing pilihan jawaban mempunyai nilai sesuai dengan pedoman
yang ditentukan..
Total
dari nilai tiap-tiap item pernyataan dapat digolongkan dalam kategori sebagai
berikut :
a.
37,5 - 45
diinterpretasikan memiliki kepribadian optimis, sangat menyenangkan dan
sangat percaya diri.
b.
30,5
- 37 diinterpretasikan berkepribadian
optimis, menyenangkan dalam bergaul dan percaya diri.
c.
23,5
-30 diinterpretasikan Cukup optimis,
agak menyenangkan dan cukup percaya pada
diri sendiri
d.
16,5- 23 diinterpretasikan kurang optimis, kurang menyenangkan dan kurang
percaya diri
Hasil tes Who Am I dari
konseli “AJ” adalah sebagai berikut :
No
|
Pilihan Jawaban
|
Nilai
|
1
|
AS
|
2
|
2
|
AS
|
2
|
3
|
AS
|
2
|
4
|
ST
|
1
|
5
|
SS
|
3
|
6
|
AS
|
2
|
7
|
AS
|
2
|
8
|
ST
|
1
|
9
|
AS
|
2
|
10
|
ST
|
1
|
11
|
AS
|
2
|
12
|
ST
|
1
|
13
|
AS
|
2
|
14
|
ST
|
1
|
15
|
AS
|
2
|
Jumlah
|
26
|
Berdasarkan
hasil analisis tes tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa skor mentahnya
yaitu 26 berada pada golongan 23,5
-30, maka interpretasinya : Diinterpretasikan Cukup optimis, agak menyenangkan dan
cukup percaya pada diri sendiri.
2. Observasi
Obervasi adalah alat pengumpul data yang digunakan dengan
cara melakukan kegiatan pengamatan langsung terhadap klien. Adapun kegiatan
observasi yang dilakukan adalah observasi di dalam kelas dan observasi di luar
kelas. Hasil dari observasi tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Observasi di dalam kelas
Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui
kebiasaan klien pada saat sedang belajar di kelas dan hasilnya adalah :
§ Si
Konseli pada saat sedang belajar sering
ngobrol.
§ Terlihat
pasif di kelas pada saat belajar
§ Konseli memilih tempat duduk yang menguntungkan.
§ Konseli
kurang memperhatikan pelajaran
§ Konseli jarang bertanya.
§ Kurang
inisiatif di dalam kelas
§ Sering
kebingungan saat belajar
§ Konseli
sering mempermainkan sesuatu pada saat belajar.
§ Konseli
sukar menyatakan pendapat
§ Konseli
Malu menyatakan pendapat
b.
Observasi di luar kelas
Tujuan dari observasi di luar kelas ini adalah untuk
mengetahui kegiatan dan kebiasaan siswa pada saat di sedang berada di luar
kelas (bukan jam pelajaran) dan hasilnya adalah :
§ Konseli
orangnya ramah dan periang, suka bekerjasama, bermalas dan pasif
§ Konseli
cukup jujur dan pemberani
§ Konseli
kurang aktif dan kreatif
§ Konseli
tergolong orang yang kurang sabar
§ Konseli
termasuk orang yang cukup penolong, cukup toleran, dan punya banyak teman
3. Wawancara
Observasi adalah alat pengumpul data yang dipergunakan untuk
memperoleh informasi tentang data siswa sesuai dengan permasalahan. Wawancara
dilakukan secara face to face (tatap muka). Adapun pihak yang
diwawancarai adalah klien yang bersangkutan, dan teman-temannya. Adapun hasil
wawancara adalah sebagai berikut:
a.
Wawancara dengan klien adalah sebagai berikut :
v
Klien tidak memiliki jadwal belajar yang tetap
v
Konseli sering begadang saat malam dan tidur
biasa jam 1 atau jam 2 malam
v
Konseli kadang tinggal bersama ayahnya dan juga
kdang bersama ibunya karena orangtuanya broken home.
v
Klien kurang menyadari pentingnya belajar yang
terbukti dari pengakuannya bahwa pada saat belajar, dia kadang malas dan kadang
mengantuk saat belajar.
b. Wawancara dengan teman klien
Berdasarkan hasil wawancara dengan teman konseli,
diperoleh hasil bahwa konseli termasuk siswa yang baik.
3. Problem
Check List
Problem check list adalah alat pengumpul data yang digunakan
untuk menemukan data masalah atau kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi
klien. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Menggunakan
rumus analisa individual :
× 100%
Dimana : nm = jumlah item yang menjadi masalah
N =
jumlah item dari topik masalah
Kemudian ditransformasikan kedalam predikat A, B, C, D, dan E
sebagai berikut:
0 % :
A (sangat baik)
1 % - 20 % : B
(baik)
21% - 25 % : C
(cukup)
26 % - 50 % : D
(kurang)
51 % - 100% : E
(kurang sekali)
Adapun hasil yang diperoleh dari item yang dicek pada setiap
aspek masalah dari problem check list sebagai berikut:
a.
Aspek Perkembangan dan
Kesehatan Jasmani (Masalah I)
·
Terlalu berat badan
·
Mata lelah
·
Kurang memperoleh udara segar dan sinar matahari
·
Kurang tidur
·
Terlalu pendek
·
Secara fisik tidak begitu menarik
·
Gangguan pada hidung
b.
Aspek Keuangan Lingkungan Pekerjaan (Masalah II)
·
Perlu belajar menabung
·
Tidak terlalu menggunakan uang secara bijaksana
·
Harus meminta uang kepada orangtua
·
Harus hati-hati dalam mengeluarkan uang
·
Ingin membeli banyak barang dengan uang sendiri
c.
Aspek Kegiatan Sosial dan Rekreasi (Masalah III)
·
Lambat berkenalan dengan orang lain
·
Sulit melangsungkan percakapan
·
Kurang kesempatan membaca apa yang disenangi
·
Ingin lebih banyak waktu untuk pribadi
·
Ingin belajar menghibur
·
Ingin memperbaiki penampilan saya
·
Tidak memanfaatkan waktu luang dengan baik
d.
Aspek Hubungan Pacaran dan Perkawinan (Masalah IV)
·
Canggung dalam berkencan
·
Tidak lancar bergaul dengan lawan jenis
·
Malu membicarakan masalah seks
e.
Aspek Hubungan
Sosial kejiwaan (Masalah V)
·
Ingin berkepribadian yang menyenangkan
·
Mengkwatirkan kesan orang lain kepada saya
·
Takut-takut
·
Terlalu mudah merasa malu
·
Merasa kesepian
f.
Aspek keadaan Pribadi dan Kejiwaan (Masalah VI)
·
Gugup
·
Khawatir
·
Malas
·
Sulit mengambil keputusan
·
Gagal dalam banyak hal yang saya coba kerjakan
·
Keras kepala
·
Terlalu banyak kesulitan pribadi
g.
Aspek Moral Sopan santun dan Agama (Masalah VII)
·
Tidak berbuat sesuai dengan nilai yang diidamkan
·
Orangtua menyebabkan saya ketempat ibadah
·
Ingin merasa dekat dengan allah
·
Ingin lebih memahami kitab suci
·
Takut bahwa tuhan akan menghukum saya
·
Tergoda untuk menyontek dikelas
·
Mempunyai suatu kebiasan buruk
h.
Aspek Keadaan rumah tangga dan Keluarga (Masalah VIII)
·
Khawatir tentang seorang anggota keluarga
·
Orangtua telalu banyak berkorban buat saya
·
Orangtua tidak memahami saya
·
Ibu
·
Ayah
·
Ingin lebih bebas dirumah
·
Tidak ingin meninggalkan rumah
i.
Aspek masa Depan Pendidikan dan Pekerjaan (Masalah IX)
·
Perlu mengetahui kemampuan kerja saya
·
Ingin berdiri sendiri
·
Menentukan pelajaran pilihan yang cocok untuk
melanjutkan sekolah
·
Memperoleh latihan yang diperlukan untuk suatu
pekerjaan
·
Perlu membuat rencana untuk masa depan
·
Menaruh perhatian di dunia militer
j.
Aspek Penyesuaian terhadap tugas sekolah (Masalah X)
·
Terlalu banyak absen disekolah
·
Sulit memberikan laporan secara lisan
·
Takut gagal dalam pelajaran sekolah
k.
Aspek kurikulum dan Prosedur Pengajaran (Masalah XI)
·
Ingin mengikuti pelajaran yang tidak ada
disekolah.
·
Terlalu sedikit kebebasan dalam kelas
·
Kurang kesempatan diskusi dalam kelas
·
Kurang buku baik diperpustakaan
·
Peraturan sekolah terlalu keras
·
Guru kurang memperhatikan siswa
·
Guru tidak ramah dengan siswa
·
Kegiatan sekolah tidak teratur
·
Siswa kurang diberi tanggung jawab
·
Waktu istirahat sekolah terlalu singkat
·
Acara kegiatan osis kurang baik
Berdasarkan hasil analisis daftar problem check list yang dikerjakan oleh
klien, maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel
1. Daftar Hasil Check List
Aspek
Masalah
|
Jumlah
|
Kriteria
|
||
Item
|
Rumusan
|
Skor
|
||
I. Perkembangan dan Kesehatan Jasmani
|
7
|
7/ 30 × 100%
|
23%
|
C (Cukup)
|
II. Keuangan Lingkungan Pekerjaan
|
5
|
5/ 30 × 100%
|
16.7 %
|
B (baik)
|
III. Kegiatan Sosial dan Rekreasi
|
7
|
7/ 30 × 100%
|
23 %
|
C (Cukup)
|
IV. Hubungan Pacaran dan Perkawinan
|
3
|
3/ 30 × 100%
|
10 %
|
B (Baik)
|
V. Hubungan
Sosial kejiwaan
|
6
|
6/ 30 × 100%
|
20%
|
B (Baik)
|
VI. keadaan Pribadi dan Kejiwaan
|
7
|
7/ 30 × 100%
|
23 %
|
C (Cukup)
|
VII. Moral Sopan santun dan
Agama
|
7
|
7/ 30 × 100%
|
23 %
|
C (Cukup)
|
VIII. Keadaan rumah tangga dan
Keluarga
|
6
|
6/ 30 × 100%
|
20%
|
B (baik)
|
IX. Masa Depan Pendidikan dan Pekerjaan
|
6
|
6/ 30 × 100%
|
20 %
|
B (baik)
|
X. Penyesuaian terhadap tugas sekolah
|
3
|
3/ 30 × 100%
|
10%
|
B (baik)
|
XI. Kurikulum dan Prosedur Pengajaran
|
11
|
11/ 30 × 100%
|
36.7%
|
D (Kurang)
|
Dari hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa konseli AJ memiliki
gangguan yang cukup serius dalam aspek masalah
kurikulum prosedur pengajaran.
4. Check
List Kebiasaan Belajar
Adapun teknik menganalisa dari Check
List ini adalah :
a. Menjumlahkan
nilai A yang dilingkari oleh responden. Dimana A bernilai 1, sedangkan B
bernilai 0. Rumus untuk memperoleh persentase kesulitan belajar adalah sebagai
berikut :
Jumlah skor siswa
Jadi = x
100 %
Jumlah item
b. Mengkonversikan
persentase masalah dengan predikat nilai A, B, C, D, E. Konversi itu :
·
0 % = A (
Baik Sekali )
·
10 % - 20 % = B (
Baik )
·
30 % - 40 % = C (
Cukup Baik )
·
50 % - 70 % = D (
Kurang )
·
80 % - 100 % = E (
Kurang Sekali )
Adapun
hasil analisis Check List kebiasaan belajar dari konseli “AJ” adalah sebagai berikut :
No
|
Nilai
|
|
No
|
Nilai
|
1
|
0
|
21
|
0
|
|
2
|
0
|
22
|
1
|
|
3
|
0
|
23
|
0
|
|
4
|
0
|
24
|
1
|
|
5
|
1
|
25
|
1
|
|
6
|
1
|
26
|
0
|
|
7
|
0
|
27
|
1
|
|
8
|
0
|
28
|
1
|
|
9
|
0
|
29
|
0
|
|
10
|
0
|
30
|
0
|
|
11
|
0
|
31
|
1
|
|
12
|
0
|
32
|
1
|
|
13
|
0
|
33
|
0
|
|
14
|
0
|
34
|
0
|
|
15
|
0
|
35
|
0
|
|
16
|
1
|
36
|
0
|
|
17
|
1
|
37
|
0
|
|
18
|
0
|
38
|
1
|
|
19
|
0
|
39
|
0
|
|
20
|
1
|
40
|
0
|
|
Jumlah
|
13
|
Sesuai dengan lembar jawaban dari
data checklist kebiasaan belajar, konseli melingkari “A” pada item-item
permasalahan yang diajukan sebanyak 13.
Jumlah skor siswa
Jadi = x 100 %
Jumlah item
13
= x 100 %
40
= 32.5
%
Dengan demikian konseli dianggap
sedikit bermasalah sehubungan dengan kebiasaan belajarnya, dengan predikat
berada pada nilai C yaitu Cukup baik. Berdasarkan hasil analisis data, maka konseli
KURANG Mengalami masalah dalam kebiasaan
konsentrasi dan kebiasaan umum serta sikap dalam bekerja.
BAB
IV
HASIL
PENYELIDIKAN KASUS
A.
Gambaran dan Latar Belakang Kasus
Gambaran dan latar belakang kasus dapat diperoleh melalui
sintesis. Sintesis merupakan kegiatan menghubungkan dan merangkum data sehingga
tampak jelas hal-hal yang melatarbelakangi adanya suatu masalah yang dihadapi
oleh klien sebagaimana yang dipaparkan pada uraian sebelumnya yakni pada
tahap-tahap analisis.
Dari hasil yang diperoleh mengenai klien melalui berbagai
teknik pengumpulan data pada bagian analisis, maka praktikan akan menguraikan
data yang sifatnya mendukung dan menghambat masalah klien sebagai berikut:
1.
Konstruktif (Mendukung)
v
Klien bersifat terbuka dalam mengemukakan
masalahnya
v
Klien
menyadari kebiasaan dalam belajar yang kurang baik, utamanya dalam mengatur
waktu belajar yang tidak tepat.
2.
Destruktif (Menghambat)
v
Perhatian orang tua kurang
v
Kadang
mengalami kesukaran dalam berkonsentrasi pada materi pelajaran
v
Tidak mempunyai waktu belajar yang cukup (tidak
punya jadwal belajar)
v
Kadang
kesulitan dalam memahami materi pelajaran
v
Lebih banyak waktu bersantai (jalan-jalan) dari
pada belajar.
v
Persentase kehadirannya yaitu sering terlambat
kesekolah karena sering begadang semalaman
B.
Diagnosis dan Lokalisasi Masalah
Berdasarkan hasil sintesis yang diperoleh dari berbagai macam
pengumpulan data maka berikut ini akan dikaji diagnosis atau hal yang
menyebabkan klien mengalami masalah belajar.
Adapun uraian diagnosis berdasarkan data yang telah dikumpul
oleh praktikum adalah sebagai berikut:
1.
Konseli kurang memahami cara belajar yang efektif.
2.
Konseli kurang memahami pengelolaan waktu yang baik
3.
Konseli kurang memahami bagaimana mengatasi kelemahan
diri.
4.
Konseli kurang mendapatkan perhatian dari orang tua.
5.
Konseli tidak memiliki jadwal belajar di rumah sehingga
dia tidak bisa mempunyai waktu belajar yang teratur.
6.
Akibat tidak adanya jadwal belajar di rumah, sehingga
membuat dia kadang malas belajar dan waktunya kadang lebih banyak digunakan
untuk kegiatan lain seperti jalan-jalan, begadang daan nonton bola.
C.
Prognosis
Berdasarkan hasil diagnosis terhadap masalah-masalah yang
menyebabkan rendahnya tingkat belajar klien ini akan diuraikan
kemungkinan-kemungkinan pemberian bantuan. Pemberian bantuan berdasarkan latar
belakang penyebab masalah itu muncul. Kemungkinan-kemungkinan pemberian
bantuannya adalah sebagai berikut:
- Memberikan bimbingan belajar dan pribadi berupa :
Ø
Pemberian informasi cara belajar efektif
Ø
Informasi tentang Pengelolaan Waktu Belajar
Ø
Informasi tentang Memahami dan Mengatasi
Kelemahan Diri.
- Melaksanakan Teknik konseling yaitu Modelling Simbollis yang akan dilakukan dengan membantu konseli dalam upaya memodifikasi pikiran, sikap, dan keyakinan yang dimiliki dengan berdasarkan dengan apa yang ia lihat atau ia dengar . melalui simbol atau gambar dari benda aslinya dan dipertunjukkan pada klien seperti melalui biografi tokoh muda sukses. Dalam hal ini, praktikum akan berusaha membantu agar konseli (AJ) dapat meningkatkan prestasi belajar.
BAB
V
PELAKSANAAN
LAYANAN BANTUAN
A.
Jenis Bantuan yang Diberikan
Usaha pemberian bantuan tidak begitu saja dapat dilaksanakan,
akan tetapi diperlukan perencanaan yang lebih cermat karena tidak menutup kemungkinan
bahwa tidak semua bantuan akan terlaksana dengan baik karena adanya kendala/
hambatan yang bisa saja terjadi.
Adapun usaha pemberian bantuan yang telah direncanakan untuk
memecahkan masalah klien adalah :
1.
Bantuan melalui bimbingan
Ø
Pemberian informasi cara belajar efektif
Ø
Informasi tentang Pengelolaan Waktu belajar
Ø
Informasi tentang memahami dan mengatasi
Kelemahan Diri
2.
Bantuan melalui konseling
Dalam
rencana pemberian bantuan melalui konseling ini, praktikan akan mencoba
memberikan bantuan yaitu dengan Pemberian
teknik modeling simbollis, yaitu teknik yang digunakan dapat mengajarkan konseli tingkah laku yang
sesuai, mempengaruhi sikap dan nilai-nilai,dan mengajarkan
keterampilan-keterampilan melalui simbol atau gambar dari benda aslinya dan
dipertunjukkan pada klien seperti
melalui biografi tokoh muda sukses. Dengan modeling simbolis, dapat memodifikasi
pikiran, sikap, dan keyakinan yang dimiliki konseli dengan berdasarkan dengan
apa yang ia lihat atau ia dengar .
B. Pelaksanaan Layanan Bantuan
Setelah rencana bantuan ditetapkan maka selanjutnya
diberikan bantuan sebagai berikut :
1.
Melalui Bimbingan Pribadi
Ø
Pemberian informasi cara belajar efektif
Ø
Informasi tentang Pengelolaan Waktu belajar
Ø
Informasi tentang memahami dan mengatasi Kelemahan
Diri
2.
Pemberian Konseling
Melakukan
konseling dengan teknik Modelling Simbollis dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1.
Rasional tentang penggunaan strategi
ini, yaitu dengan menggunakan media tertentu yakni biografi tokoh muda sebagai
model, lalu konseli melihat dirinya sendiri agar dapat meniru tokoh muda
tersebut dalam meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah .
2.
Pemberian informasi kepada siswa tentang alasan
pemberian modeling simbolis yang
memungkinkan siswa dapat mengikuti berbagai kegiatan dengan penuh motivasi.
3.
Pemberian modeling simbolis dengan menggunakan model
yang dinilai efektif dalam menampilkan tingkah laku yang diinginkan.
4.
Pemberian latihan berdasarkan dari hasil kegiatan
pemberian modeling sehingga siswa dapat
lebih meningkatkan kemampuannya menghadapi atau mengatasi masalah.
5.
Menerima balikan dari hasil kegiatan yang bersumber
dari siswa.
6.
Ringkasan kegiatan hasil modeling simbolis yang
memungkinkan dapat mengukur sejauhmana keberhasilan pemberian modeling
simbolis.
C. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah
dicapai dalam pelaksanaan studi kasus ini. Dalam evaluasi ini dapat dilihat dari segi keberhasilan dan tidak
keberhasilannya.
1.
Keberhasilan
a. Konseli mau bekerja sama dan terbuka dalam mengemukakan permasalahan
yang dihadapinya.
b. Konseli menyadari kesalahan dan
kelemahannya, dan ia ingin memperbaikinya
c. Konseli nampaknya sudah mampu
berpikir positif dalam setiap tindakan yang dilakukannya.
2.
Kegagalan
Mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki oleh praktikan
sehingga masih terdapat beberapa kekurangan kegiatan, yaitu praktikan belum
memberikan layanan konseling secara mendalam, akan tetapi praktikan sudah
memberikan usaha yang sangat maksimal demi kelancaran dari kegiatan studi kasus
ini.
D. Penilaian Hasil Layanan
Berdasarkan beberapa tahap
yang dilakukan maka selanjutnya diadakan follow up atau penilaian untuk
mengetahui sejauh mana perubahan-perubahan yang terjadi. Hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan pengamatan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
1.
Secara
langsung, dilakukan oleh penulis dengan melakukan pengamatan langsung kehidupan
sehari-harinya di sekolah.
2.
Secara
tidak langsung, yaitu penulis memperoleh informasi dari orang-orang yang ada di sekitar konseli (teman, dan guru pembimbing)
Berdasarkan follow up dan
penilaian yang diberikan, penulis telah melihat perubahan-perubahan yang
terjadi yang terangkum dalam 2 aspek berikut:
a. Aspek Keberhasilan :
- Klien dengan senang hati mendengarkan bimbingan dan arahan dari praktikan (kakak pembimbingnya).
- Klien yang pada mulanya kadang datang terlambat ke sekolah sudah berubah. Terbukti dengan setiap harinya, klien datang tepat waktu ke sekolah.
- Klien sudah menyadari bahwa selama ini, dia kadang cuek (acuh tak acuh) dan malas terhadap pelajarannya ternyata membawa dampak negatif bagi dirinya dan klien ingin segera merubah kebiasaan buruknya itu.
- Klien sudah menyadari bahwa segala kekurangannya akan dia jadikan sebagai sebuah motivasi untuk lebih mengembangkan potensi yang dimilikinya
b. Aspek Ketidakberhasilan :
Pemberian bantuan yang
diberikan belum mencapai taraf optimal karena dibatasi waktu yang sangat
terbatas sehingga kurang mencapai hasil
yang optimal.
BAB
VI
PENUTUP
A. Hasil yang telah dicapai
Beberapa tahap dalam pelaksanaan studi kasus ini telah
dilaksanakan, maka selanjutnya diadakan tindak lanjut (follow up) atau kegiatan
penilaian untuk mengetahui sejauh mana perubahan-perubahan yang telah terjadi.
Tahapan ini akan dialaksanakan dengan melakukan pengamatan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Adapun hasil yang telah dicapai adalah sebagai
berikut:
1.
Klien terlihat tidak ragu lagi untuk berbicara dengan
praktikan. Dia selalu bersedia untuk terbuka dengan masalahnya baik itu menyangkut
masalah yang menyangkut orang tua, teman-temannya, pelajarannya.
2.
Klien tidak pernah lagi datang terlambat ke sekolah
3.
Klien sudah mulai menyadari sikap malas, cuek atau
acuhnya dalam belajar ternyata membawa dampak negatif, jadi klien berjanji untuk
mengubah (memperbaiki) kebiasaan belajarnya selama ini.
B. Faktor pendukung dan penghambat
Dari hasil yang diperoleh mengenai klien melalui berbagai
teknik pengumpulan data pada bagian analisis, maka praktikan akan menguraikan
data yang sifatnya mendukung dan menghambat masalah klien sebagai berikut:
1.
Konstruktif (Mendukung)
a)
Pada
dasarnya konseli mempunyai
kemampuan bergaul yang normal
b)
Konseli mempunyai niat untuk memperbaiki dirinya,
c)
Konseli cukup aktif bergaul dengan teman-teman di luar
kelasnya
d)
Klien memiliki kesehatan yang baik
2.
Destruktif (Menghambat)
a)
Kurangnya waktu untuk berkomunikasi
dengan konseli.
b)
kurang mendapatkan perhatian dari orang
tua.
c)
Klien tidak mempunyai jadwal belajar,
d)
Klien lebih banyak menggunakan waktu
untuk jalan-jalan daripada belajar.
C. Rekomendasi tindak lanjut
Berdasarkan
beberapa uraian sebelumnya, maka perlu direkomendasikan atau ditindak
lanjut dan mengajukan saran-saran
sebagai berikut :
1. penulis mengharapkan kepada guru
pembimbing untuk mengamati lebih lanjut tentang perkembangan konseli serta
selalu mengikuti perkembangan kemajuan kondisi pribadi dan kejiwaan konseli
2. Dalam proses belajar mengajar, wali kelas
hendaknya memperhatikan dan memotivasi konseli untuk lebih memperhatikan
pelajaran.
3. Pihak keluarga khususnya otang tua
diharapkan agar informasi tentang konseli di rumah dapat dikontrol dan
mengusahakan terjalinnya komunikasi dengan anak pada saat tertentu serta
membimbing dan mengarahkan agar anak merasa diperhatikan dan tidak mudah
terpengaruh oleh hal yang tidak bertanggung jawab.
4.
Kepada
konseli diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan tanpa
sungkan untuk berkonsultasi kepada guru pembimbing atau guru-gurunya di
sekolah. Kerjasama antara guru pembimbing, guru wali kelas serta guru guru
bidang studi dapat menjadi senjata yang ampuh untuk membantu konseli
menyelesaikan masalahnya, sehingga konseli dapat meningkatkan kepercayaan diri
dan masalah pribadi yang menyenangkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abimanyu, Soli. 1983. Teknik Pemahaman Individu (Teknik Non-Testing).
Makassar: FIP-IKIP.
Corey,
Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Daruma A. R, Samad. S, Sofyani. S. 2002.
Studi Kasus. Makassar : FIP-Universitas Negeri Makassar.
Daruma A. R. 2003. Penggunaan
Tes Psikologis. Makassar : FIP- Universitas Negeri Makassar.
Google.com
Prayitno. 2006. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sahabuddin. 1999. Mengajar dan Belajar.
Makassar : Badan Penerbit UNM.
Samijo dan Mardiani. 1985. Bimbingan Belajar dalam rangka
penerapan SKS dan pola belajar yang efisien. Bandung : Penerbit Armico.
Siahaan, H. 1986. Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak.
Bandung : Penerbit Angkasa.
Slameto. 1987. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Bandung : Rineka Cipta.
Wikipedia.com
sangat membantu sekali#trima kasih
BalasHapussaya boleh gak dikasi angket check list kebiasaan belajarnya, sama cara skoringnya ya boleh?? tk
BalasHapusterima kasih artikelnya sangat membantu, kebetulan kami juga bergerak di bidang pengembangan aplikasi khususnya untuk absensi sekolah berbasis sms gateway terhubung langsung dengan HP orang tua, cocok juga untuk absensi pegawai kantor, untuk lebih jelasnya silahkan hubungi website kami www.schoolmantic.com
BalasHapus