Selasa, 19 Juni 2012

Studi Kasus 2


 STUDI KASUS
A.    Pengertian Studi Kasus
Ada beberapa pengertian studi kasus yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu :
·         Kamus Psikologi (Kartono dan Gulo, 2000) menyebutkan 2 (dua) pengertian tentang Studi kasus (Case Study) :
1)      Studi kasus merupakan suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal.
2)      Studi kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang individu, seringkali mencakup pengalamannya dalam terapi.
·         WS. Winkel, Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik .
·         Dewa Ketut Sukardi, Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integrative dan komprehensif. Integrative artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap).
·         Studi kasus adalah kajian intensif, menyeluruh, dan mendalam terhadap seorang konseli guna memahami situasi kehidupan yang dihadapinya untuk  selanjutnya merancangkan dan melaksanakan proses pelayanan bimbingan konseling yang lebih tepat (panduan PLBK,2012)
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa studi kasus adalah suatu kegiatan yang dilakukan untu memperoleh data yang lengkap tentang individu yang kemudian diolah atau dianalisis, yang hasilnya digunakan untuk menduga  permasalahan dari individu tersebut, sehingga dapat dilaksanakan layanan bimbingan dan/atau konseling setepat mungkin.
B.     OBJEK STUDI KASUS
S. Nasution mengemukakan objek pelaksanaan studi kasus : a) individu atau sekolompok individu, b) segolongan manusia (suku), c) lingkungan hidup manusia (desa atau kota), d) lembaga social (perkawinan). Sedangkan Pauline V.Young mengeolompokkan menjadi 2 yaitu a) kelompok social kecil (keluarga, gang), b) kelompok social besar (sekte, pengadilan). Dalam bimbingan konseling objek studi kasus tidak lain adalah individu.
Adapun data yang dikumpulkan, yaitu :
1.      Identifikasi diri (nama,umur dsb)
2.      Latar belakang keluarga
3.      Keadaan kesehatan dan perkembangan jasmani
4.      Kemampuan dasar (bakat,minat dsb)
5.      Prilaku social
C.     CIRI-CIRI STUDI KASUS
Studi kasus memiliki cirri-ciri khas, antara lain :
a)      Rahasia , data tentang diri konseli yang telah diperoleh merupakan informasi yang sifatnya rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan klien. Adalah kewajiban konselor untuk memegang rahasia klien
b)      Komprehensif yaitu lengkap, mendetail dan intensif.
Studi kasus merupakan teknik yang paling tepat dalam pelayanan bimbingan konseling karena sifatnya yang konfrehensif dan menyeluruh. Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integrative dan komprehensif. (Robert K Yin. 2002)
D.    TAHAP-TAHAP STUDI KASUS
Beberapa tahap dalam studi kasus yaitu sebagai berikut:
1.      Mengenali Gejala
Pertama-tama yang harus kita lakukan adalah mengamati adanya suatu gejala, gejala itu mungkin ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara yaitu :
-          Konselor sekolah menemukan sendiri gejala itu pada siswa yang mempunyai masalah.
-          Guru mata pelajaran memberikan informasi adanya siswa yang bermasalah kepada Konselor sekolah.
-          Wali kelas meminta bantuan Konselor sekolah untuk menangani seseorang siswa yang bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain, seperti siswa, para guru ataupun pihak tata usaha.
2.      MendiskripsikanKasus
Setelah gejala itu dipahami oleh Konselor sekolah, kemudian dibuatkan deskripsi kasusnya secara objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.

3.    Menentukan Bidang-Bidang Bimbingan
yaitu menentukan jenis masalahnya, apakah menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar, karier, kehidupan berkarya atau kehidupan beragama.
4.    Membuat Perincian Kasus
Jenis masalah yang sudah dikelompokkkan itu dijabarkan dengan cara mengembangkan ide-ide atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah memahami permasalahannya secara cermat. Adanya jabaran masalah yang lebih terrinci itu dapat membantu Konselor sekolah untuk membuat perkiraan kemungkinan sumber penyebab masalah itu muncul.
5.    Memperkirakan sebab
Perkiraan kemungkinan sumber penyebab, akan membantu kita menjelajahi jenis informasi yang dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik atau alat yang digunakan dalam pengumpulan informasi atau data.
6.      Memberikan Bantuan
Yaitu melakukan kegiatan konseling atau pemberian bantuan (terapi).  Dengan menggunakan  pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan jenis masalah.
7.    Kegiatan Evaluasi
Kegiatan evaluasi adalah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menilai seberapa jauh keefektifan penerapan teori konseling dalam mengatasi kasus yang dialami oleh siswa atau konseli.
8.    Tindak Lanjut/ Follow Up
Langkah follow-up atau tindak lanjut adalah langkah yang akan diambil, apabila dalam penanganan kasus masih belum tercapai hasil yang maksimal dan belum mengalami perubahan yang berarti. Langkah ini dilakukan apabila peneliti dan konselor tidak mampu menangani masalahnya atau permasalahan siswa memiliki rentetan dan komplikasi dengan masalah yang lainnya. Terhadap kasus yang telah dicapai adanya perubahan yang signifikan, maka ada upaya untuk terus mempoertahankan hasil tersebut, yang selanjutnya perlu untuk ditingkatkan pencapaian hasilnya yang lebih baik. Pada kasus yang tidak mampu atau diluar kewenangan Konselor sekolah, maka diadakan konferensi kasus atau alih tangan kasus kepada tenaga- tenaga ahli yang kompeten terhadap kasus siswa atau konseli. 


E.     METODE PENGUMPULAN DATA DALAM STUDI KASUS
Ada berbagai metode yang digunakan dalam pengumpulan data klien, yaitu :
1.      Wawancara (interview)
Suatu cara memperoleh data dengan bertemu muka langsung dengan informan melalui teknik Tanya jawab.
Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya dibagi dua yaitu :
a)      Wawancara berstruktur adalah wawancara secara terencana yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b)      Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan. Pedoman wawancara berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
2.      Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu:
a)      Observasi Partisipan
Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif.
b)      Observasi non participant
Pada teknik observasi ini observer tidak ambil bagian secara langsung didalam situasi kehidupan yang diobservasi tetapi berperan sebagai penonton atau sebagai pengamat independen
c)      Observasi Sistematik
Yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati dan dimana tempatnya. Peneliti (observer) telah mengetahui dengan pasti variable yang akan di teliti.


d)     Observasi non sistematis
Yaitu observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Observer tidak tau secara pasti tentang apa yang akan diamati.
Ada beberapa macam alat yang dapat digunakan dalam observasi, yaitu :
1)      Anecdotal record merupakan record atau catatan-catatan yang bersifat kumulatif dari tingkah laku individu yang luar biasa
2)      Check list merupakan suatu daftar yang mengandung atau mencakup factor-faktor yang ingin diselidiki.
3)      Rating scale pada umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi tingkah laku atau sifat yang harus dicatat secara bertingkat.
4)      Mechanical devices, observer dapat menggunakan alat-alat yang lebih baik dalam melakukan observasi, misalnya tape recorder, foto-foto dst.
Agar hasil observasi lengkap perlu menggunakan pedoman observasi dan dilaksanakan dalam bentuk partisipatif.
3.      Kuisioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disusun untuk menyelidiki suatu gejala. Kuisioner merupakan suatu instrumen penelitian yang terdiri dari serangkaian pertanyaan dan meminta untuk tujuan mengumpulkan informasi dari responden. Melalui kuesioner, konselor menanyakan keadaan dan latar belakang klien, melalui klien itu sendiri, orang tua, atau orang lain yang dapat memberikan keterangan mengenai klien, yang dilakukan secara tertulis.
4.      Angket
      Angket adalah suatu teknik untuk memperoleh data dengan cara menggunakan sejumlah pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada orang yang ingin kita peroleh datanya atau kita sampaikan kepada orang lain yang mengetahui dengan baik tentang diri orang yang akan kita peroleh datanya.




      Macam-macam angket
·      Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, terbagi atas :
1.    Angket langsung, angket dikatakan langsung apabila angket tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
2.    Angket tidak langsung, angket tidak langsung adalah angket yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang diminta keterangannya.
·      Ditinjau dari segi cara menjawabnya maka angket dibedakan atas :
1.    Angket tertutup, adalah angket yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih. 
2.    Angket terbuka, adalah angket yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi mengemukakan pendapatnya. Angket terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Angket terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang
5.      Tes
Test merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan pengukuran (measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diteliti. Tes ini ditujukan kepada klien untuk mengungkapkan kemampuan, bakat, maupun gambaran pribadi klien. Tes adalah alat, maka kemanfaatan dari alat itu tergantung kepada pemakainya. Satu tes yang baik tetapi digunakan oleh pemakai yang kurang baik, maka tes tersebut dapat menjadi tidak berguna, demikian sebaliknya.
Macam-macam metode tes
·      Tes Intelegensi
Tes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berfikir, terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapi taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah
·      Tes Bakat
Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual

·      Tes Minat
Tes minat, mengukur kegiatan-kegiatan macam apa paling disukai seseorang. Tes macam ini bertujuan membantu orang muda dalam memilih macam pekerjaan yang kiranya paling sesuai baginya
·      Tes Kepribadian
Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat kognitif, sepertisifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, relasi-relasi social dengan orang lain, serta bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri.
·      Tes Perkembangan Vokasional
Tes vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal kesadaran kelak akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan dalam memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan dan ciri-ciri kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan social-ekonomis dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencana pembangunan masa depannya sendiri.
6.      Otobiografi
Otobiografi adalah lukisan tentang kehidupan individu yang berhubungan dengan perasaan-perasaan dan emosi-emosi yang mewarnai pengalaman-pengalamnnya di sekolah, keluarga dan teman sepermainan, cita-cita dan masalah yang sedang dihadapi. Otobiografi mempelajari riwayat hidup klien, reaksi/sikap pribadi serta kejadian penting melalui tulisan atau karangan yang dibuat sendiri oleh klien.
7.      Sosiometri
sosiometri adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Baik tidaknya hubungan sosial individu dengan individu lain dapat dilihat dari beberapa segi yaitu :
1)      Frekwensi hubungan, yaitu sering tidaknya individu bergaul. makin sering individu bergaul, pada umumnya individu itu makin baik dalam segi hubungan sosialnya. Bagi individu yang mengisolir diri, di mana ia kurang bergaul, hal ini menunjukkan bahwa di dalam pergaulannya kurang baik.
2)      Intensitas hubungan, yaitu intim tidaknya individu bergaul. Makin intim/mendalam seseorang dalam hubungan sosialnya dapat dinyatakan bahwa hubungan sosialnya makin baik. Teman intim merupakan teman akrab yang mempunyai intensitas hubungan yang mendalam.
3)      Popularitas hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul. Makin banyak teman di dalam pergaulan pada umumnya dapat dinyatakan makin baik dalam hubungan sosialnya. Faktor popularitas tersebut digunakan sebagai ukuran atau kriteria untuk melihat baik tidaknya seseorang dalam hubungan atau kontak sosialnya.
Cara menganalisa data sosiometri :
1.      Mentabulasikan data sosiometri
a.       Membuat table sosiometri
b.      Interpretasi hasil tabulasi
2.      Membuat sosiogram
Sosiogram adalah diagram yang menunjukkan hubungan atau interaksi individu dalam sebuah kelompok, yang sekaligus dapat pula ditemukan pola hubungan sosial individu dengan individu lainnya.(gambaran dari hasil tabulasi). Ada beberapa cara untuk membuat sosiogram, antara lain :
a.       Lingkaran pilihan
b.      Sosiogram dengan skala garfik vertical
c.       Sosiogram tanpa lingkaran dan grafik skala pilihan
3.      Mencari indeks (kwalitas) hubungan (indeks status pilihan, penolakan serta indeks status pilihan dan penolakan )
4.      Analisa variasi alasan 
8.      Studi dokumentasi
      Studi dokumentasi adalah suatu cara memperoleh data tentang diri siswa dan mungkin juga lingkungannya, dengan meneliti dokumen-dokumen seperti: raportnya kini dan raport-raport dari sekolah-sekolah sebelumnya, riwayat hidupnya, buku-buku harian, catatan-catatan kesehatannya. Dengan kata lain studi dokumentasi adalah kumpulan data pribadi siswa.
Melalui dokumen mengenai diri klien, dipelajri hal-hal relevan misalnya : buku induk, kartu pribadi, dan catatan-catatan tentang individu (klien)

F.      ANALISIS KASUS
1)      IDENTIFIKASI KASUS
Hal yang paling penting dalam identifikasi kasus adalah siapa individu atau sejumlah individu yang diduga bermasalah atau membutuhkan bantuan. Identifikasi kasus adalah suatu langkah awal kegiatan layanan studi kasus yang bertujuan untuk mengumpulkan data siswa sebanyak-banyaknya, baik yang bersifat umum maupun pribadi dikumpulkan kemudian dikaji.

2)      IDENTIFIKASI MASALAH
Hal yang paling penting dalam langkah ini adalah jenis masalah apa yang dialami kasus dan bagaimana karakteristik masalahnya.
Pada umumnya permasalaham yang dialami kasus menyangkut pada bidang-bidang: pendidikan (educational problems), perencanaan karier atau jabatan (vocational problems), penyesuaian sosial (social problems), pribadi (personal problems), emosional dan moralitas (morality and emotional problems)
3)      DIAGNOSIS
Adalah melakukan analisi masalah untuk menetapkan factor-faktor penyebab berdasarkan hasil identifikasi masalah. Hal yang paling penting pada langkah ini adalah apa yang menjadi factor penyebab masalah yang dihadapi kasus.
Fokus diagnosis masalah ini diarahkan untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai hal-hal berikut:
a)    Latar kehidupan konseli, baik kehidupan keluarga, perkembangan akademik dan pendidikan (termasuk pada jenjang pendidikan sebelumnya), kesehatan, kehidupan sosial, aktivitas umum yang diikuti, dan berbagai rekam jejak dan portofolio pengalaman hidup yang dimiliki.
b)   Fokus utama problem yang dihadapi dan terkaitkannya dengan berbagai variabel yang mempengaruhi kehidupan dan problem yang dialaminya
c)    Akar problem yang bersumber dari aspek internal konseli (pola respons, sikap, orientasi nilai, atau pola pikir) yang tidak berfungsi efektif
4)      PROGNOSIS
Adalah menganalisis upaya dan strategi yang perlu dilakukan untuk membantu konseli menyehatkan kembali akar problem yang tidak berfungsi efektif, sehingga mampu menghadapi situasi problem yang dihadapi.
     Langkah prognosis merupaka estimasi alternative pemecahan masalah yang mungkin dilakukan berdasarkan hasil diagnosis. Hal yang penting dalam langkah ini adalah apakah masalah yang dialami kasus masih mungkin diatasi dan alternative pemecahan yang feasible untuk ditempuh.
Dalam prognosis, ada beberapa tahap kegiatan yang perlu dilakukan, yaitu:
a)    Brainstorming, yaitu mahasiswa mengeksplorasikan berbagai alternatif yang mungkin dan dapat dilakukan untuk membantu konseling mengatasi dan memperbaiki situasi hidupnya yang tidak efektif.
b)   Mengevaluasi alternatif. Setiap alternatif yang diidentifikasi, selanjutnya dievaluasi satu persatu untuk menilai tingkat kecocokannya dengan situasi masalah dan karakteristik konseli. Pertama-tama yang perlu dilakukan adalah melakukan klarifikasi nilai, yaitu mengenali nilai-nilai penting yang dianut atau selalu menjadi dasar pertimbangan oleh konseli dalam membuat keputusan. Lalu menghubungkan setiap nilai ini dengan setiap alternatif tindakan yang telah diidentifikasi. 
5)      TERAPI/TREATMEN
Treatment atau usaha bantuan merupakan suatu usaha untuk membantu siswa memecahkan persoalan sehingga dapat mencapai penyesuaian diri dengan tingkah laku yang benar sesuai dengan yang diharapkan. Pada langkah ini dilakukan tindakan pemecahan masalah (therapy/treatment). Menetapkan dan melakukan cara yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah kasus dengan program yang teratur dan sistematis. Hal ini dilakukan dengan bekerja sama kepada semua pihak yang mau dan mampu untuk ikut serta mengatasi kesulitan atau permasalahn kasus.
Pemberian bantuan yang akan diberikan adalah bimbingan pribadi, bimbingan belajar, dan bimbingan social dan karier.




1.      Bidang pribadi
siswa yang tidak atau kuarng mampu menerima keadaan dan kondisi dirinya. Teknik yang bisa digunakan dalam menangani masalah ini adalah teknik Rasional Emotif Behavioral Therapy.
langkah-langkah yang ditempuh  yang ditempuh dalam konseling yaitu :
1)      Konselor memberi keleluasaan kepada konseli untuk berbicara serta menunjukkan ketidaklogikaan berpikir klien yang menimbulkan gangguan emosi kepada klien.
2)      Meyakinkan konseli untuk mengubah pandangannya dengan menunjukkan apa yang dianggap oleh konseli itu tidak benar.
3)      Konselor menyerang ketidak logikaan berpikir konseli dan membawa knseli kearah berpikir yang lebih logis.
4)      Konselor member tugas kepada konseli untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata.
5)      Memberi peluang kepada konseli untuk mengekspresikan berbagai perasaan yang menekan secara bebas.
6)      Mendorong klien kearah prilaku yang diingini dengan jalan memberi pujian dan hukuman
7)      Meminta konseli berjanji kepada konselor untuk menghilangkan perasaan yang menimpanya.
2.      Bidang social
konseli yang sulit bergaul dengan orang lain. teknik yang digunakan adalah client centered therapy.  Client Centered merupakan terapi yang mendasari hal- hal yang menyangkut konsep diri, aktualisasi diri, teori kepribadian dan hakikat kecemasan. Dimana dalam terapi client centered ini perilaku yang bermasalah memiliki karakteristik seperti pengasingan, ketidak selarasan dan berperilaku yang salah penyesuaiannya. Langkah-langkah yang ditempuh yaitu :
1)      Konselor membantu konseli mengeksplorasi dirinya secara lebih terbuka agar konseli dapat menyatakan sikap yang menyatakan dirinya yang sesungguhnya.
2)      Konseli mulai menghilangkan sikap dan prilaku yang kaku, membuka diri terhadap pengalamannya dan belajar untuk dapat bersikap lebih matang dan lebih teraktualisasi
3)      Konseli belajar dan merasakan dirinya sebagai orang yang berharga, dapat diterima, dan disenangi oleh orang lain.

3.      Bidang belajar
minat belajar siswa yang rendah. Teknik yang digunakan konselor untuk membantu siswa meningkatkann minat belajar adalah dengan menggunakan pendekatan BEHAVIORISME. Langkah-langkah treatment dalam pendekatan ini yaitu :
1)      Melakukan pendekatan persuasive kepada konseli dan menjalin hubungan baik.
2)        Memberikan bimbingan agar konseli lebih meningkatkan motivasi belajar untuk mengatasi kesulitan dalam memahami pelajaran, dan juga menyarankan kepada konseli untuk membuat jadwal belajarnya, sehingga waktu yang ada tidak terbuang sia-sia.
3)        Menumbuhkan rasa percaya diri pada konseli bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berkembang kearah yang lebih baik
4)        Bahwa belajar kelompok itu lebih baik, disamping bisa diskusi dengan teman-temannya hal ini juga bisa menambah keakraban antara sesama teman, sehingga apabila ada permasalahan bisa saling terbuka.
5)        Memberikan motivasi untuk selalu aktif bertanya apabila tidak mengerti dalam mengikuti pelajaran yang terkait dengan keinginannya.
6)        Memberikan hadiah ketika konseli mendapatkan nilai bagus dalam pelajaran
7)        Memberi masukan secara teoritik dan praktek berupa jangkauan cita-cita mendorong untuk belajar lebih baik dan mendorong untuk menggunakan kegiatan yang bermanfaat.
8)        Memberikan dorongan untuk introspeksi diri dengan cara belajarnya, kepribadiannya dan ibadah yang telah dilakukan.



4.      Bidang karir
siswa/konseli yang sulit memilih jurusan. Dalam masalah ini kami menggunakan teori perkembangan jabatan dari Hoppock yang menyatakan bahwa pemilihan karir yang tepat bagi siswa dipengaruhi hal-hal berikut :
1.      Pekerjaan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan atau untuk memenuhi kebutuhan
2.      Pekerjaan, jabatan atau karir yang dipilih adalah jabatan yang diyakini bahwa jabatan atau karir itu paling tidak memenuhi kebutuhannya
3.      Pekerjaan, jabatan atau karir tertentu dipilih seseorang apabila untuk pertama kali dia menyadari bahwa jabatan itu dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhannya
4.      Kebutuhannya yang timbul, mungkin bisa diterima secara intelektual yang diarahkan untuk tujuan tetentu
5.      Pemilihan jabatan/karir akan menjadi lebih baik apabila seseorang mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan yang akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya
6.      Informasi mengenai jabatan/karir akan membantu dalam pemilihan jabatan/karir yang diinginkan
7.      Informasi mengenai jabatan/ karir akan membantu dalam memilih jabatan/ karir karena informasi tersebut membantunya dalam menentukan apakah pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhannya
8.      Kepuasan dalam pekerjaan tergantung pada tercapai tidaknya pemenuhan kebutuhan seseorang
9.      Kepuasan kerja dapat diperoleh dari suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhan sekarang/ masa yang akan dating
10.  Pemilihan pekerjaan selalu dapat berubah apabila seseorang yakin bahwa perubahan tersebut lebih baik untuk pemenuhan kebutuhannya.
Dasar dari toeri Hoppock kemudian dijadikan pedoman bagi seoraang konselor untuk membimbing konseli dalam memilih jurusan.

6)      EVALUASI
Devies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan atau menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek dan masih banyak yang lain (davies, 1981;3) sedangkan Wand dan brown mengemukakan evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (dalam Nurkancana, 1986:1). Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Nana Sudjana, 1990:3).
Dengan berdasarkan batasan-batasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.
Beberapa kriteria keberhasilan dan efektivitas layanan bantuan (terapi/tritmen), antara lain :
1.      Kriteria keberhasilan yang tampak segera (immediate criteria) :
a.       Apabila kasus telah mulai menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi
b.      Apabila kasus telah mulai mamahami (self insight, self understanding) permasalahan yang dihadapi
c.       Apabila kasus telah menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan dirinya dan masalaahnya secara objektif (self acceptance)
d.      Apabila kasus telah mulai menurun ketegangan emosionalnya (emotional stress)
e.       Apabila kasus telah menunjukkan sikap keterbukaan (openness) serta mau memahami dan menerima kenyataan lingkungannya secara objektif
f.       Apabila kasus telah mulai berkurang dan menurun penentangannya terhadap lingkungan
g.      Apabila kasus telah mulai menunjukkan kemampuannya untuk mengadakan pertimbangan (reasoning), mengadakan pilihan (choice), dan pengambilan keputusan (decision making) serta sehat dan rasional (sound and rational)
h.      Apabila kasus telah menunjukkan kesediaan dan kemampuan untuk melakukan usaha-usaha tindakan perbaikan dan penyesuaian (adjustment) baik terhadap dirinya maupun lingkungannya sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya.

2.   Kriteria keberhasilan dalam jangka panjang (long term criteria)
a.       Apabila kasus telah menunjukkan kepuasan dan kebahagiaan (happiness) dalam kehidupannya yang dihasilkan dari tindakan-tindakan dan usaha-usahanya
b.      Apabila kasus telah mampu menghindari secara preventif kemungkinan-kemungkinan factor yang dapat membawanya ked ala kesulitan
c.       Apabila kasus telah menunjukkan sifat-sifat yang ktreatif, konstruktif, produktif, kontributif, dan akomodatif sehingga ia dapat diterima dan mampu menjadi anggota kelompok yang efektif.
Cara-cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh data/informasi atas indicator-indikator keberhasilan layanan terapi/treatment meliputi bermacam jenis, antara lain :
·         melalui observasi selama berinteraksi dalam wawancara atau berbagai kesempatan yang bersifat informal
·         melalui analisis atau perubahan dalam prestasi belajar dan penyesuain diri
·         malalui analis laporan dari kasus  (self raport)
·         laporan pengamatan teman-temannya (sosiometri, inventories)
·         orangtuanya atau pihak-pihak lain yang ada hubungan pergaulan dengan kasus (guru,konselor).









DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli. 1983. Teknik Pemahaman Individu (Teknik Non Tes). Ujung Pandang : FIP IKIP Ujung Pandang
Daruma, A. Razak. 2003. Pengantar Tes Psikologi. Makassar : FIP UNM
Daruma, A. Razak dan Sulaiman Samad dan Sri Sofiani. 2004. Studi Kasus. Makassar : FIP UNM
Mudjiono dan Dimyanti. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiono. 2001. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alpabeta
Suwandi dan Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta
Winkle, W.S dan Hastut,i Sri. 2007. Bimbingan Konseling. Yogyakarta : Media Abadi
Yin, K Robert. 2002. Studi Kasus Design dan Metode. Jambi : Rajawali Pers
            .2012. Panduan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan Konseling. Makassar : PPB FIP UNM






DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli. 1983. Teknik Pemahaman Individu (Teknik Non Tes). Ujung Pandang : FIP IKIP Ujung Pandang
Daruma, A. Razak. 2003. Pengantar Tes Psikologi. Makassar : FIP UNM
Daruma, A. Razak dan Sulaiman Samad dan Sri Sofiani. 2004. Studi Kasus. Makassar : FIP UNM
Mudjiono dan Dimyanti. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiono. 2001. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alpabeta
Suwandi dan Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta
Winkle, W.S dan Hastut,i Sri. 2007. Bimbingan Konseling. Yogyakarta : Media Abadi
Yin, K Robert. 2002. Studi Kasus Design dan Metode. Jambi : Rajawali Pers
            .2012. Panduan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan Konseling. Makassar : PPB FIP UNM








TUGAS MID
RANGKUMAN MATERI
STUDI KASUS
 



OLEH : 
ARNI ULAN
094404058



PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar